Friday, December 26, 2008

Berjalan-jalan

Natal kemaren, tepatnya tanggal 25 Desember 2008, yang juga ulang tahunnya Ditha, saya ikut hiking bareng LSS ke Tangkuban Parahu, ini beneran hiking karena kita ngambil jalur lewat Jayagiri (gak lewat jalan raya). Ini acara rutinnya LSS tiap natal, terakhir kali saya ikut itu waktu saya tingkat 2, sekarang setelah punya titel alumni saya baru ikut lagi.

Sepanjang jalan saya banyak berpikir, tentang diri saya dan lingkungan, tentang setahun kemarin dan rencana tahun depan. Tentang apa yang sudah saya lakukan dan yang belum saya lakukan. Tentang Orang tua, saudara, teman, orang yang saya suka. Tiga jam perjalanan di tengah hutan benar-benar media yang tepat untuk memikirkan semua itu tanpa diganggu. Dan selewat itu semua, saya pun jadi tahu bagaimana karakter saya sekarang, perkembangan apa yang sudah saya capai selama setahun, penurunan apa saja yang sudah saya derita, dan sungguh melegakan bisa menyadari itu semua. Tahun depan mungkin akan jadi tahun yang sulit, jauh lebih sulit dari tahun-tahun yang sudah saya lewati. Banyak ketidakpastian disana, dan anehnya itu yang menjadikannya menarik. Kita lihat saja nanti.

Selain itu saya juga jadi banyak merhatiin orang-orang teman seperjalanan saya. Banyak sekali anak muda yang saya gak terlalu kenal, sehingga saya iseng merhatiin mereka dari jauh. Juga teman-teman dan para senior saya, bagaimana mereka sekarang?!? Saya ingat satu perkataan dari seorang trainer SSG DT yang jadi trainer acara pelantikan kaderisasi HME 2004:

"kalau kamu pengen tahu karakter orang, bawa dia jalan jauh"

Dan setelah melewati berbagai kesempatan dan bertemu banyak orang, saya tahu bahwa hal itu umumnya benar :D

Sunday, December 21, 2008

3 hari, 3 Doa 3 Cinta

SAYA KEMBALI!!!

3 hari terjebak di belantara Jakarta, dengan HP yang akhirnya mati karena lowbatt dan tidak menyentuh internet sedikitpun... ugh... neraka! (kayak gini aja udah neraka, gak kebayang neraka beneran kayak apa...). Jadi apa yang membuat saya terjebak di Jakarta? tak lain adalah pekerjaan sebagai jobseeker. Ada tes di salah satu perusahaan penyedia layanan internet yang kantornya di Jakarta Selatan, di mana salah satu produknya itu punya nama 'sapu', hehehe...

Bagaimana tesnya?

Menarik! ada urutan yang agak terbalik. Pertama kali saya diinterview oleh beberapa bapak dari divisi dimana saya melamar dan juga mbak-mbak baik dari HRDnya. Interviewnya menarik, dan salah satunya saya menceritakan soal blog saya ini panjang lebar. Selain itu saya juga ditanyain soal TA, yang anehnya bikin saya agak seneng, berhubung beberapa pertanyaan yang saya harapkan bakal keluar di sidang sarjana saya dulu malah keluarnya pas interview ini... jadi kayak dikasih jalan memuntahkan apa yang sudah diujung lidah. Abis interiew, saya disuruh mengikuti psikotes dan interview psikologi dari konsultan HR yang digunakan perusahaan. Jadi agak jiper, masalahnya konsultan inilah yang tidak meloloskan saya di tahap interview psikologis waktu saya daftar Indosat dulu, tapi Alhamdulillah... saya merasa saya sekarang melakukannya dengan lebih baik. Yup, usaha udah, tinggal berdoa dan menunggu hasil tes kemarin... semoga saya dapet ni kerjaan. Berhubung setelah Ayu ditetapkan ditempatkan di Jakarta, saya pun jadi kabita pengen gawe di Jakarta.

Selain tes ngapain lagi?

Nonton film tentu saja :D. Kosan Ditha yang baik hati, yang dengan senang hati saya tumpangin, berada di daerah genteng ijo, belakang kuningan dan deket banget ama Setiabudi One. Jadinya, saat sabtu kemaren saya selesai tes saya mutusin buat nonton. Film apa? tadaaa... 3 Doa 3 Cinta! Kenapa? karena dari 4 film yang ditayangkan, 2 saya udah nonton, 1 udah ada di rileks, jadi yang tersisa cuman film ini, lagian saya udah lama gak nonton film Indonesia di bioskop.

Jadi bagaimana filmnya?

Percaya atau enggak, saya suka ni film. "Wow... akhirnya, Puput bisa suka ama film dimana di dalamnya ada Nicholas Saputra dan Dian sastro sekaligus, mereka sendiri-sendiri aja udah bikin kesel, sekarang mereka berdua dan Puput bisa suka, luar biasa." Itu yang saya pikirkan saat pertama kali berpikir tentang hal yang akan saya tuliskan mengenai film ini (saya terkadang memang menyebut diri sendiri sebagai orang ketiga tunggal di luar diri sendiri, hahaha...).

Film ini pantes masuk nominasi FFI 2008, akhirnya saya menonton salah satu film yang dinominasikan jadi film bioskop terbaik (FYI, dari kelima nominasi baru film ini yang saya tonton, sisanya entah bisa ditonton atau enggak). Saya pingin muji penulis skenario dan tentu saja sutradaranya (dua-duanya dijerhaian Nurman Hakim). Walau terdapat 3 cerita di film ini, plot keseluruhan film dapat terjalin rapi dan mengalir. Penggambaran suasana pesantren tradisionalnya benar-benar pas. Mungkin beberapa penonton akan merasa geli dan heran dengan keseharian santri-santri itu, tapi saya sendiri sudah sering mendengar cerita mengenai pesantren seperti ini, karena Ayah saya dibesarkan di lingkungan pesantren begini dan sepupu-sepupu cowok saya dulu dikirim ke pesantren tiap libur panjang (mirip summer camp buat orang bule mah). Dimulai dari bangun subuh buat shalat bareng, pembahasan kitab arab gundul pake bahasa jawa (kalo di Garut mah pake bahasa sunda), ampe gaya hidup yang super sederhana dari para santrinya (tidur beralas tiker, pake sarung doang dan buku dijadikan bantal). Saya agak curiga bahwa tokoh Rian (Yoga Pratama) di film ini sebenernya representasi sutradaranya sendiri, dilihat dari footnote yang ditampilkan di akhir film.

Jajaran pemerannya sempet bikin saya sangsi, eh salah... keberadaan Nicholas Saputra dan Dian Sastro yang bikin saya sangsi. Bukan karena saya menyangsikan keahlian akting mereka, ya... saya gak pernah bener-bener suka sih ama akting mereka, tapi ketidaksukaan terbesar saya adalah adanya kesan bahwa film ini adalah film reunian Rangga dan Cinta, yang dengan begonya ditegaskan oleh poster filmnya. Pliss deh... bahkan tokoh Dona Satelit (Dian Sastro), walaupun memegang peran penting, jelas gak segitu pentingnya ampe bisa dipajang di poster. Lebih layak ketiga sahabat Huda (Nicholas Saputra), Rian (Yoga Pratama) dan Syahid (Yoga Bagus) yang dipajang di poster, karena film ini memang film tentang mereka, bukan cerita Dona dan Huda! Saya mendapat kesan bahwa pemajangan Dian di poster memang disengajakan untuk menarik minat para fans AADC, murni taktik marketing, tapi jelas mengecewakan... seolah mereka tidak begitu percaya diri dengan kualitas filmnya sampai harus memasarkannya dengan cara begitu.

Bagaimana aktingnya? Nico...oh nico... saya ingin ngasih selamat karena akhirnya saya merasa terkesan dengan akting kamu, tapi komen dikit deh... kenapa gak ngurusin badan sih??? Huda jelas keliatan terlalu terurus dibandingkan teman-temannya yang lain, membuat saya bertanya-tanya apakah Romo Kyai sang pemimpin pesantren segitu sayangnya ama dia sampai dia diurus lebih baik dibanding yang lain??? Akan sangat pas kalo Nico ngebalikin posturnya saat film GIE untuk film ini, kurus dan kuleuheu. Walau begitu, saya jelas mempertanyakan mengapa dia gak menang Citra untuk aktingnya disini??? ugh... aneh, mungkin saya gak akan terlalu protes kalo yang menangnya bukan si cempreng Vino Bastian... tapi pliss deh... dibandingin ama akting Nico di sini aja Vino jelas kalah, entah bagaimana akting para nominasi yang lain.

Untuk pemeran pendukung, Yoga Pratama akhirnya menandai kembalinya dia ke kancah hiburan dengan film ini dan Citra di tangan. Anak yang dulu selalu saya ingat sebagai 'Kak Yoga' yang bawain acara musik anak-anak di Indosiar, ternyata gak bertambah gede dari kali terakhir saya melihatnya di TV. Bedanya, dia menunjukkan bakat lain selain jadi pembawa acara musik anak-anak. Duo Yoga (Yoga Pratama dan Yoga Bagus) di film ini sangat keren. Yoga Pratama pantes dapet Citra dan saya sangat terbeli oleh akting Yoga Bagus sebagai Syahid. Saya seneng ketika akhirnya ada orang yang digambarin soleh di film dan dia beneran bisa ngaji (kalo di sinetron ramadhan biasanya ngaji Al Ikhlas atau Al Fatihah, itupun dengan pelafalan yang bisa bikin mentor tahsin saya negur beberapa kali). Adegan dan suara ngaji di sini kedengeran fasih dan mulus, saya berdoa semoga itu bukan lipsync. Selain itu si Yoga Bagus ini bisa memperlihatkan keluguan pemuda kampung soleh yang masih gampang keombang-ambing. Gimana dia sayang banget ama Bapaknya, kebawa pengajian ekstrem, benci banget ama orang bule, sampai akhirnya nyadar bahwa orang bule gak selalu jahat. Saya pikir dia pun pantas diganjar nominasi Citra disini, walau saya gak terlalu bisa bandingin ama pesaingnya yang lain.

Tata suara dan musiknya keren banget. Lipsync lagu dangdutnya Dona Satelit, sampai permainan tagonian (rebana) para santri bisa masuk dengan mulus ke dialog sehari-hari, gak timpang kayak sinetron-sinetron 'musikal' di Indosiar, bahkan lebih bagus dari lipsyncnya Camp Rock punya Disney (pliss deh...). Dari editing sendiri, jujur saya salut dengan ide memasukkan keberadaan handycam Rian sebagai pengubah jalan cerita. Awalnya saya kira tu handycam cuman berfungsi menggambarkan keinginan Rian aja yang suka video dan pengen bikin film. Adanya beberapa adegan fast-forward video di handycamnya itu juga ngasih satu momen unik, seolah kita melihat kibasan masa depan (macam Alice Cullen aje...).

Film ini pantas masuk jajaran film terbaik di FFI. Dan saya jadi semakin penasaran dengan sang pemenang Fiksi. 3 Doa 3 Cinta sendiri gak terlalu bersinar di malam anugerah, hanya Yoga Pratama yang berhasil naik podium. Tapi dengan begitu saya semakin penasaran bagaimana film-film nominasi lainnya. Semoga mereka akan segera merilisnya di bioskop (sekali lagi, kategorinya itu film bioskop, jadi tolong diputer di biokop ya...). Masih ada May, Claudia/Jasmine, Under the Tree dan tentu saja Fiksi yang harus diburu.

3 hari di Jakarta, dengan 1 pekerjaan yang dilamar, 1 film yang ditonton dan 1 potong roti isi ham dan keju gulung yang luar biasa nikmat. Makasih lagi buat Pradita Saraswati yang mau menampung saya selama 3 hari kemaren, buat Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang menyelenggarakan tes saya semoga Anda-Anda sudi memberi saya pekerjaan, buat 21 Setiabudi yang walau leutik tapi lumayan juga, dan tentu saja buat Imperial Cakery dengan roti isi ham dan keju gulungnya yang nikmat. Semoga saya masih berjodoh dengan Jakarta, yang artinya saya dapet kerja di sana... hehehe... :D

Wednesday, December 17, 2008

Yang lain bisa menunggu

Gadis itu memandang kosong ke layar monitor komputernya yang berkedip-kedip. Beberapa file excel dan data dalam pdf terbuka di sana, tapi pikirannya sama sekali tak di situ. Beberapa saat kemudian ada telapak tangan yang muncul di antara matanya dan layar komputer, bergoyang-goyang semangat dan menyadarkan gadis itu dari lamunannya. Dia melirik pada si pemilik tangan, sahabatnya yang ada di cubicle sebelah sekarang berdiri di samping mejanya, memandanganya antara tertarik dan bingung.

"apa?" tanya gadis itu. Sahabatnya itu melirik jam dinding.
"ini baru jam 10 pagi dan lu udah ngelamun?!?! Hello... apa yang terjadi dengan dunia? lu dapet vision soal perang dunia?" sindirnya sambil terkekeh. Gadis itu hanya memberengut kesal.
"nope, I just had an out of body experience" balasnya.
"ada apa sih bu?" tanya sahabatnya itu lagi.

Gadis itu diam sebentar, kembali memandang monitor komputernya dan tak menjawab.
"bumi pada mars, bumi pada mars... helloooo!" sahabatnya itu setengah berteriak di telinganya.
"ihh... pliss deh" gadis itu melempar pandangan kesal pada sahabatnya.
"habis, ditanya malahan ngelamun lagi, ada apa sih? hei... ada apa?" tanyanya lagi.

Gadis itu memperhatikan wajah sahabatnya bentar, membuka mulut tapi kemudian menutupnya lagi seakan tidak yakin, akhirnya dia mengatakan sesuatu,
"apa fokus hidup lu sekarang?" tanyanya. Sahabatnya menaikkan sebelah alisnya bingung.
"heh?"
"uhh... jawab aja deh, apa fokus hidup lu sekarang?" tanya gadis itu lagi. Sahabatnya mengerutkan kening sebentar, memandang menyelidik pada gadis itu sebelum menjawab.
"well... gw udah lulus, dapet kerjaan enak, nikah udah berarti... punya anak kali" jawabnya sambil nyengir.
"ugh... as I thought!" Gadis itu menjatuhkan kepalanya ke atas meja, sahabatnya itu mengerutkan keningnya lagi.
"apa jawaban gw salah?" tanyanya.
"enggak lah... cuman... gw yang salah nanyanya ama lu" jawab gadis itu.

Sahabatnya semakin tak mengerti, dia memperhatikan kepala gadis itu yang tertunduk di atas meja, kemudian matanya tertumbuk pada satu benda yang tergeletak di samping monitor komputer. Kotak kecil berlapis beludru hitam dengan pinggiran dari metal berwarna emas. Dia tak harus membuka kotak itu untuk tahu apa yang ada di dalamnya, dan dia melongo tak percaya.
"WOW..." katanya kemudian. Gadis itu mengangkat kepalanya dan melirik sahabatnya, agak bingung dengan wajah terkesima sahabatnya.
"apa?"
"itu... apa?" kata sahabatnya sambil mengedikkan kepala pada kotak beludru di atas meja.

Gadis itu melirik pada kotak itu dan langsung mengambilnya melemparkannya ke dalam laci. Selanjutnya dia diam, berusaha tak berekspresi walau semburat merah mulai muncul di wajahnya. Sahabatnya semakin melongo tak percaya.
"wow..." katanya lagi.
"ugh, pliss deh, gak segitunya kali" balas gadis itu terdengar kesal.
"tadi gw bilang lu punya vision soal perang dunia, gw salah, lu baru saja menyebabkan perang dunia" jawab sahabatnya itu, si gadis memukul tangan sahabatnya itu pelan melempar pandangan kesal.
"cowok??? lu ngelamun pagi-pagi di kantor gara-gara cowok?? itu baru perang dunia... siapa?" Sahabatnya itu bertanya menyelidik.

Gadis itu terlihat agak tak yakin tapi akhirnya dia menunjuk pada satu foto yang tertempel di dinding cubiclenya, fotonya dengan seorang pria, sahabat dekatnya semenjak kuliah dulu. Senyum yang awalnya terpajang di wajah sabatnya mendadak hilang dan berubah menjadi ekspresi serius.
"seriously?" tanyanya, dan gadis itu mengangguk lemas.
"wow... sobat sendiri, oke... itu sulit" katanya kemudian.
"masalahnya bukan itu" gadis itu berkata pelan. Sahabatnya memandangnya heran.
"lalu?" katnaya.

Gadis itu diam sebentar, kemudian menjawab.
"awalnya gw pikir juga gw bingung gara-gara dia sobat gw, gak pernah kepikiran sama sekali buat nganggap dia berbeda... tapi ternyata bukan itu..." dia diam sebentar, sahabatnya masih memperhatikannya dengan serius.
"fokus hidup gw sekarang bukan ni... bukan itu" dia tak sampai hati menyebut kata 'nikah'.
"hah?" sahabatnya menimpali.
"ayolah... kerjaan gw baru settle, gw baru memulai hidup gw... saat ini gak ada yang pengen gw pikirin selain naik ampe posisi manager, mungkin gw bakalan mikirin... itu...well... 5 tahun lagi" gadis itu menjawab. Sahabatnya sekarang melempar pandangan tak setuju.

"honey, you're 24, and you still talking about marriage like you're 18... pliss deh, cewek lain tuh udah ngerasa perawan tua kalo belum nikah di umur lu sekarang, dan lu berpikir buat baru mulai 'memikirkan'nya 5 tahun lagi, which means at the time you're 29, only God knows when you will marry!" sahabatnya itu membalas.
"ya terus kenapa? orang bule banyak yang nikah umur 40 kok, setidaknya gw merencanakan 10 tahun lebih cepat dari mereka" balas gadis itu.
"mereka bisa nikah umur 40 karena mereka bisa have sex kapan aja, dan lu berpikir buat hidup kayak gitu?!?!" sahabatnya itu memberikan pandangan mengancam.
"ya enggak lah... bisa mati mendadak orang tua gw... tapi pliss deh... nikah? apa yang lebih buruk dari itu?!?!" kata gadis itu.
"jadi perawan tua!" balas sahabatnya.
"lu tau banget itu bukan masalah buat gw" balas gadis itu.
"yup, gw tau banget bahwa satu-satunya masalah lu adalah lu gak pengen diperbudak, dimana pernikahan buat lu sama menyedihkannya dengan rantai tahanan" balas sahabatnya.

Gadis itu diam, bagaimana pun dia tahu bahwa sahabatnya itu benar. Sahabatnya hanya menghela nafas panjang, dia kemudian berjalan balik ke cubiclenya. Gadis itu menyangka sahabatnya menyerah untuk membicarakan masalah itu lagi, seperti yang biasanya terjadi kalau mereka berdua membicarakan pernikahan. Tapi kemudian sahabatnya itu kembali dan menaruh satu buku di mejanya, gadis itu membaca judul buku itu beberapa kali... Kado pernikahan untuk isteriku. Dan dia melempar pandangan tak percaya pada sahabatnya.

"what the..." tapi kata-katanya terpotong.
"diem, baca ini, udahnya kita ngobrol-ngobrol lagi, gw males ngomongin beginian ama lu selama lu masih keras kepala dan nutup diri, pelajari dulu entar kita ngomongin lagi... titik" setelah itu sahabatnya itu kembali ke cubiclenya. Gadis itu masih memandangnya tak percaya. Dia kemudian balik memandang buku itu, dan dengan helaan nafas panjang dia memasukkan buku itu ke dalam tasnya. Liat entar aja deh. Pikirnya menyerah, dan dia berusaha kembali fokus pada monitornya, pada sheet excel dan file pdfnya, yang lain bisa menunggu.

Monday, December 15, 2008

Saya baru pulang dari Jababeka. Ugh... saya jatuh cinta mendadak ama tempat ini. Fasilitas lengkap, jalannya gede, kalo keterima ngantor disana berarti dari kos ke kantor deket dan bis yang ke bandungnya juga gampang. Buat orang gunung yang tinggal di kompleks yang jauh ke mana-mana, tempat kayak gini bener-bener bikin saya kabita. Kalo misalnya saya jodoh ama ni kerjaan, dah ngebayangin ke kantor jalan kaki dan tiap pagi bisa jogging keliling kompleks, weekend kalo gak pulang ke bandung yang nongkrong di kedai kopi... aaahhhh... cinta!!! Mudah-mudahan saya jodoh ama kerjaannya :) *amin...*

Sunday, December 14, 2008

The day the earth stood still

Film ini mungkin film yang dapat menyediakan selusin lebih kata-kata mutiara yang bisa di 'quote' oleh banyak orang. Dan sayangnya keberadaan Keanu Reeves dan Jennifer Connelly tidak bisa merubah kenyataan bahwa hanya itulah kelebihan film ini.

Jalan cerita yang ketebak, monoton dan nyaris tanpa klimaks. Sepanjang film saya bertanya-tanya sebenernya intinya itu apa? ni alien tuh apa? dan tidak ada jawaban memuaskan sampai akhir. Secara umum kesimpulan dari film ini adalah pemerintah Amerika itu gak punya solusi kedamaian lain selain konfrontasi militer, para scientist yang pantes jadi pemimpin dunia, manusia itu makhluk tata surya yang selalu punya peradaban yang lebih rendah, dan Klaatu adalah solusi untuk semua permasalahan teknologi.

Alia nampaknya berharap bisa punya Klaatu sebagai suami, bukan gara-gara muka Keanu Reeves yang ganteng (itu juga sih...), tapi kalo microwave atau telepon rusak bisa diperbaiki dengan mudah... atau seperti idenya si Ida, gak usah bayar telepon tapi telepon bisa diakalin biar jalan terus... :D

Saturday, December 13, 2008

Pemenang FFI 2008

Daftar pemenang FFI 2008:
  1. Film Cerita Bioskop Terbaik: "Fiksi" produksi Surya Indrantara.
  2. Film Dokumenter Terbaik: "The Conductors" karya sutradara Andi Bachtiar Yusuf, produksi Bogalakon Pictures.
  3. Film Pendek Terbaik: "Cheng Cheng Po", BW Purbanegara, produksi Sahabat Gloria dan Lima Enam Films.
  4. Pemeran Utama Pria: Vino G Bastian, dalam film "Radit dan Jani", produksi Investasi Film Indonesia.
  5. Pemeran Utama Wanita: Fahrani, dalam film "Radit dan Jani", produksi Investasi Film Indonesia.
  6. Pemeran Pendukung Pria: Yoga Pratama, dalam film "3 Doa 3 Cinta", produksi Investasi Film Indonesia dan Triximage.
  7. Pemeran Pendukung Wanita: Aryani Kriegenburg, dalam film "Under The Tree", produksi SET Film/Credo Cine Art.
  8. Penyutradaraan Terbaik: Mouly Surya dalam film "Fiksi", produksi Surya Indrantara.
  9. Penulis Skenario Terbaik: Joko Anwar/Mouly Surya dalam film "Fiksi".
  10. Penata Musik Terbaik: Zeke Khaseli dalam film "Fiksi".
  11. Penata Gambar Terbaik: Yoga Krispratama, dalam film "Claudia/Jasmine".
  12. Penata Suara Terbaik: Satrio Budiono, dalam film "May".
  13. Penata Sinematografi Terbaik: Ical Tanjung, dalam film "May".
  14. Penata Artistik Terbaik: Budi Riyanto dalam film "Under The Tree".

Fiksi menang banyak sepertinya. Dari semua yang menang cuman Radit dan Jani yang pernah saya tonton. Kemudian, saya mempertanyakan kualitas aktor yang lain di filmnya masing-masing kalo sampai Vino dan Fahrani yang dapet penghargaan pemeran utama terbaik. Huh, gak bisa terlalu komen nih, belum nonton filmnya soalnya. Ada satu yang menyebalkan, judul kategorinya kayak gini "nominasi untuk film cerita BIOSKOP terbaik Festival Film Indonesia 2008 adalah..." padahal film-filmnya belum beredar di bioskop... hahahaha... kita liat bakal diputer di bioskop kagak ya???

Friday, December 12, 2008

Festival Film Indonesia 2008

Festival Film Indonesia 2008 akan segera digelar malam ini di depan Gedung Sate Bandung. Saya lewat Gasibu waktu pulang sore tadi, dan melihat tenda besar beserta beberapa layar raksasa sudah dipasang di depan Gedung Sate. Sayangnya saya kembali ketinggalan berita dan gak sempat ngajak siapa-siapa buat dateng ke sana. Tapi ada untungnya juga, soalnya saya baca di koran katanya warga umum cuman bisa nonton di pangung rakyat yang isinya band-band, ugh... yang begituan sih saya gak terlalu tertarik.

Saya baca Cinemags siang ini, dan tertarik dengan film Garin Nugroho yang diikutsertakan di FFI kali ini, Under the Tree. Walau sebenernya saya rada sebel ama film berbahasa indonesia yang pake judul Inggris, tapi saya gak bisa sebel ama filmnya Garin. Film ini dapet 8 nominasi untuk FFI 2008, termasuk diantaranya nominasi untuk sutradara terbaik dan film secara utuh (Best Picture mungkin kalo di Oscar mah). Saya senang karena Garin itu sutradara Indonesia favorit saya, tapi saya juga gak senang karena saya belum nonton film ini. Grrrr... kenapa yang masuk bioskop itu malahan film gak jelas sih?!?! Menyebalkan.

Dari sekian banyak nominasi di FFI 2008, banyak yang saya gak tonton karena memang gak dirilis secara komersil. Ini nih, gimana mau majuin perfilman Indonesia kalo film bagusnya malah diputer di festival luar negeri dan malah gak masuk bioskop sendiri, dasar aneh! Itu bukan majuin perfilman, tapi emang pengen beken sendiri aja. Ah... sebel saya. Banyak yang ngekritik saya karena kebanyakan nonton film barat doang, gak nonton film Indonesia. Helloooo... tema seperti janda centil, kawin-kawinan, horor murahan dan some stupid sex-ed movie are not worthed to watch. Meskipun tiket bioskop sekarang udah murah, tetep aja saya ngerasa rugi kalo harus ngeluarin satu rupiah pun buat film macam itu.

Acara FFI 2008 sendiri bakal ditayangin di satu TV swasta, saya nonton di situ aja. Nanti kita lihat siapa pemenangnya, dan berdoa semoga film-film itu masuk bioskop tanah air. Bukan sineas dan artis saja yang perlu pendidikan film, masyarakat Indonesia juga perlu dididik melalui film-film lokal bermutu.

Thursday, December 11, 2008

playlist...playlist...

Playlist baru-baru ini:
1. Iron and Wine - Flightless bird, American mouth
2. Linkin Park - Leave out all the rest
3. Rob Pattinson - Never think
--- Soundtrack Twilight, walau filmnya sucks (Edwardnya ganteng tapi), soundtracknya setelah didengerin ternyata oke :)

4. Lene Marlin - Sitting down here
5. Paramore - That's what you get
6. Plain White T's - Hey there Delilah
--- tiga lagu ini punyanya udah lama, dan baru benar-benar suka sekarang.

7. Fall Out Boy - I don't care
--- gw suka video klipnya, dan baru nyadar Pete Wentz itu lumayan juga... walau pendek :p

8. Beyonce - If I were a boy
9. Pure Saturday - Nyala
10. TVXQ - You're my melody
--- Bawaan dari lama, tapi tetap suka!!!

Ada yg punya usul lagu baru dan bagus???

Sunday, December 7, 2008

Mystically Myanmar

Kira-kira dua atau tiga bulan yang lalu, Zakki ditempatkan kerja di Myanmar, saat itu saya baru tahu kalau ibukota Myanmar sudah tidak di Yangon lagi. Oke, saya akui saya telat banget soal berita ini, dan saya pun gak peduli. Ketika mendengar kata Myanmar, yang terlintas di kepala saya adalah Junta militer, Aung San Suu Kyi, dan penyerangan biksu. Hal-hal yang mungkin saya bicarakan dengan ayah saya di depan TV. Saya tak terlalu tahu soal pemindahan ibukota ini.

Tadi malam, saya sedikit jalan-jalan malam ama Dita. Dari obrolan yang awalnya gak penting, tiba-tiba kami ngomongin Myanmar, spesifiknya adalah soal pemindahan ibukotanya. Dita cerita sama saya kalau alasan pemindahan ibukota itu tak lain tak bukan berhubungan dengan mistis atau takhayul. Kaget? saya juga. Sejauh ini saya selalu dengar isu atau teori konspirasi yang berhubungan dengan kebijakan suatu negara, baru kali ini saya dengar kebijakan pemerintahan diambil berdasarkan kepercayaan terhadap hal mistis atau takhayul, terutama dari negara yang dipimpin militer.

Naypyidaw, ibukota Myanmar yang baru, terletak kurang lebih 400 km di utara Yangon. Dibangun dari nol dengan membabat hutan menjadi area terbuka. Hampir semua fasilitas dibangun dari awal, menghabiskan dana pembangunan hampir 300 juta dolar AS. Seluruh fasilitas pemerintahan, pegawai negeri, dan aparat pemerintahan lain dipindahkan secara serempak dari Yangon, dan alasan pemindahan, pembangunan dan pengeluaran sebesar itu adalah karena Yangon dipercaya tidak baik untuk menjadi ibukota berdasarkan para ahli nujum... ugh, saya masih cukup sulit untuk mencerna alasan itu. Ada beberapa sumber lain yang menyebutkan bahwa pemindahan itu adalah sebagai simbol otoriterisme Junta dan juga untuk mengisolasi pusat pemerintahan dari pengaruh luar, atau mungkin agar Junta terbebas dari segala keributan yang terjadi di Yangon, saya pikir alasan-alasan itu jauh lebih masuk akal (buat saya).

Selain itu saya menemukan satu keterangan unik dari wikipedia terkait pemindahan pemerintahan ke Naypyidaw. Waktu pemindahan pemerintahan tanggal 6 November 2005 jam 6.37 a.m dipilih berdasarkan peruntungan astrologi. Lima hari setelahnya, pada tanggal 11 November (11/11), jam 11 a.m, konvoy kedua yang terdiri dari 1.100 truk militer, mengangkut 11 batalyon tentara dan 11 kementrian pindah serentak dari Yangon... ada berapa angka 11 disana???

Wow... saya terkesan. Ternyata di negara yang untuk beberapa pihak di cap kejam karena pemerintahan militernya, dapat dengan konsisten berpegang pada hal yang oleh orang dianggap mistis atau takhayul. Saya memang dapat tambahan keterangan kalau pemindahan ibukota merupakan satu bagian tradisi dari sejarah Myanmar, jauh sebelum jaman pendudukan Inggris. Dita bilang sama saya, di koran yang dia baca disebutkan, kalau Malaysia menyebut dirinya 'Truly Asia', Singapore dengan 'Uniquely Singapore', maka Myanmar dapat maju dengan 'Mystically Myanmar'.

Friday, December 5, 2008

Dulu saya pernah cerita bahwa saya kepengen banget nonton Drupadi, filmnya Dian Sastro yang akan diputer di Jiffest entar. Hmmm... dan saya rupanya tidak menyiapkannya dengan baik, karena ternyata Jiffest sudah di depan mata. Haduh, apa kabarnya ini?!?! Saya gak punya info apakah film ini akan diputar secara komersil atau tidak. Sial! Kenapa saya gak ngecek situs Jiffest dari kemaren-kemaren?!?!

Wednesday, December 3, 2008

Twilight Vs Bolt

Hari ini adalah hari menonton film. Pagi-pagi saya bangun dan setelah beres-beres langsung melahap 5 episode Avatar Book 1 (sorry, yang ini saya bener-bener telat). Siangnya saya berangkat buat nonton Twilight bareng Alia. Di loket tiket, kita menyadari bahwa Bolt pun sudah rilis, akhirnya setelah nonton Twilight di Ciwalk XXI, kita meluncur ke Blitz Megaplex buat nonton Bolt. Karena dua film ini ditonton pada hari yang sama, mau gak mau saya membandingkannya (padahal genre-nya beda jauh). Walau saya agak sentimen pada Miley Cyrus, dengan berat hati Bolt harus menjadi pemenang untuk pertandingan hari ini. Sekarang kita bahas satu-satu...

Twilight, seperti umumnya film adaptasi dari novel fantasi, film ini termasuk mengecewakan. Yup, maaf kawan-kawan twilighters, Twilight the movie definitely not as great as the novel.

Ada dua alasan yang bikin saya tetap bertahan di kursi saya saat menonton film ini, pertama... saya sudah bayar tiketnya, kedua... Rob Pattinson as Edward Cullen. Cast dan setting adalah dua hal yang bisa saya kasih pujian untuk film ini. Jejeran pemain yang awalnya saya curigai karena KKN dengan si sutradara (kecuali Rob yang lewat audisi), ternyata jadi satu hiburan di tengah jalannya cerita yang diubah dari novelnya dengan sangat maksa dan teu nyambung! Visualisasi Forks sebagai kota miskin cahaya matahari dan selalu hujan serta ijo dimana-mana, jelas bikin saya jatuh cinta (gw mau deh tinggal di kota kayak gitu).

Kalau hukuman dapat diberikan, jelas hukuman terberat harus dijatuhkan pada si sutradara, Catherine Hardwicke. Editing yang gak mulus, banyak scene gak penting dan gak jelas, perombakan alur yang kadang bikin kesel. Memang cerita dari novelnya sedikit banyak diubah untuk lebih menyesuaikan dengan durasi film, tapi bridge yang dibuat untuk tiap bahasan malah bikin ceritanya gak ngalir, kerasa kepotong-potong dan gak natural. Inti ceritanya sendiri bahkan gak jelas. Awalnya saya (dan beberapa twilighters yang lain) menyangka bahwa genre film ini akan diperberat di bagian romance, ketimbang petualangannya. Tapi nyatanya saat filmnya jadi, ni film gak dua-duanya. Kalo romance mau ditonjolkan, jelas scene-scene soal penggambaran karakter Edward dan penggambaran pikiran Bella musti diperkuat, yang dalam kenyataannya tidak seperti itu. Kalo petualangannya mau diperberat, jelas bagian kejar-kejaran James dengan The Cullen perlu ditekankan, yang sayangnya juga tidak seperti itu. Ada satu hal pasti yang keangkat di film ini, rasa frustasi Edward. Frustasinya dia gara-gara fakta bahwa dia berbahaya bagi Bella, dan finalnya ketika dia harus berhenti dari menyedot darah Bella ampe habis saat harus ngeluarin venomnya james dari tubuh Bella. Aktingnya Rob jelas oke banget untuk menggambarkan ini. Sayangnya sisi protektif dan dominan Edward gak terlalu bisa digambarkan, dan Bella... hmmm... sepertinya saya tidak menyukai akting Kristen Stewart, terlalu monoton dan kurang variasi, lempeng.

Ada satu hal lagi yang sebenernya mengganggu (walau cukup menghibur) adalah kebanyakan shot close-up ke muka Rob. Okelah kalau dia mau menjual tampang Rob yang ganteng, yang dengan senyum dikit aja udah bikin jantung berhenti dan bisa bikin cewe satu bioskop sadar gak sadar teriak atau nahan nafas, tapi tetep aja kalo keseringan itu ngeganggu!

Ugh, saya gak pernah tau sutradara ini sebelumnya, dan saya jadi penasaran kayak gimana film dia sebelumnya. Yang saya tahu dia pernah kerja bareng Nikki Reed di Thirteen (yang gak masuk Indonesia) dan bareng Emil Hirsch di Lords of Dogtown (yang juga gak masuk Indonesia). Buat saya kerjanya di Twilight benar-benar mengecewakan. Saya dapat berita kalau Twilight movie udah masuk produksi saat novelnya belum begitu booming di US sana (makanya yang ngerjainnya studio menengah macam Summit), mungkin itu pula yang menjelaskan pemilihan pemain yang gak terlalu populer dan budget film yang rendah. Tapi ya sekali lagi bukan pemain, atau dana, atau setting yang mengganggu saya, tapi plot dan penyutradaraan. Bah... bikin emosi aja, untung Rob ganteng, jadi saya gak terlalu merasa rugi membeli tiket.

Bolt, gimana jadinya Miley Cyrus ketemu John Travolta? bersyukurlah mereka dipertemukan di film animasi, gak kebayang deh kalo adu akting. Miley jelas punya suara yang menarik, jadi suara Penny sang pemilik Bolt pun jatuhnya lucu. Dan John? hehe... gw mau deh punya peliharaan selucu Bolt yang suaranya John Travolta :D STOP...STOP... yang begituan gak usah dibahas, karena menurut gw kelebihan Bolt terletak di ide cerita dan teknik animasinya.

Ini film soal binatang pastinya, tipe yang saya suka dan mungkin akan disukain ama temen saya Ayu si pecinta binatang. Ayu pernah cerita sama saya kalau dia gak suka cerita binatang yang di manusia-manusia-in, macam Shark's Tale atau Finding Nemo mungkin. Film ini jelas mengetengahkan binatang sebagai binatang, repotnya itu kalo tu binatang menyangka dirinya binatang super.

Bolt itu bintang film, hidup di setting film dan kesehariannya diisi dengan menyelamatkan Penny dari si jahat bermata hijau, yang tidak disadarinya hanya sebuah syuting film. Salahnya kalo dia sudah terlalu jauh menyangka dirinya superhero. Sisa ceritanya silakan nonton sendiri. Bukan tipe cerita yang sulit ditebak, tapi saya suka dialog dan penempatan tiap karakter di cerita film ini. Standar Disney, ini tentang keluar dari rutinitas yang ternyata gak bener dan kemudian menyadari bahwa dunia itu tidak berjalan sebagaimana kita berpikir dunia berjalan. Soal menyadari siapa sebenarnya diri kita, tentang bagaimana seharusnya kita bersikap dan akhirnya hidup bahagia, happily ever after... so fairy tale.

Yang saya gak suka, tokoh sidekick yang selalu diketengahkan 'ingin menjadi orang lain' muncul disini, dengan kedok untuk menyadarkan si tokoh utama kalau dia orang yang hebat. Percayalah, jangan merasa bangga saat ada orang bilang sama kamu : "saya sebenernya ingin menjadi seperti kamu", itu sama saja kamu menginspirasi orang untuk merendahkan dirinya sendiri dan ingin jadi orang lain. "mawar adalah mawar, azalea adalah azalea... setiapnya punya cara masing-masing untuk tumbuh", gak perlu banding-bandingin ama orang lain. Terinspirasi untuk menjadi lebih semangat boleh, untuk membangun mimpi boleh, tapi tidak untuk menjadi orang lain, gak ada yang keren di situ. Dan Disney sepertinya punya kebiasaan untuk menaruh tokoh sidekick seperti itu dalam ceritanya. Seolah pengen bilang : "kalo kamu bukan tokoh utama, berusahalah jadi seperti tokoh utama". Huh, racun banget deh. Ya... sekali lagi perlu diingatkan (mengingatkan diri sendiri juga), kita boleh terinspirasi oleh film, tapi jangan mau terpengaruh oleh film. Sebagus apapun satu film, itu tetap gak nyata, walau diangkat dari kisah nyata sekalipun.

Dari segi animasi, jelas saya jatuh cinta. Nampaknya Disney berusaha ngalahin teknik animasinya Dreamworks yang terakhir keluar lewat Kung Fu Panda. Visualisasi bulu dan gerak karakternya hampir mirip dengan Kung Fu Panda, yang lebih oke adalah efek visualisasi cahaya dan kerennya... lensa, seolah ketika ada cahaya yang langsung kesorot kamera ada efek pendar yang kayak di lensa kalo di dunia nyata. Satu lagi kelebihannya adalah sound effect. Detil suaranya jelas lebih oke dari Kung Fu Panda, hal sesimpel merpati jalan atau hamster ngegeser badan pun dikasih suara yang lucunya pas banget, gak terlalu mencolok tapi ada dan kerasa natural... oke banget deh. Gimanapun juga Disney kayaknya belum mau tunduk di peperangan film animasi, dan saya mengakui gimanapun Disney masih lebih oke, Dreamworks dan Pixar (masih bagian Walt Disney company) harus berusaha lebih keras.

Alasan kenapa saya memilih Bolt sebagai pemenang adalah karena Bolt jelas lebih punya cerita dibandingkan Twilight. Awal dan akhirnya jelas, plot nya jelas, ceritanya bisa dinikmati. Dan sebuah film selayaknya memiliki cerita yang dapat dinikmati, bukan sekedar nampangin pemain ganteng aja, makanya Bolt yang menang. Tapi kalau ditanya film mana yang pengen saya tonton lagi, jawabannya adalah Twilight. Alasannya, hehehe... gak penting sih, tapi saya pengen ngeliat Rob lagi, ganteng kan dia :p

*woops...panjang ternyata*

Tuesday, December 2, 2008

Wuthering Heights is a hate story

"I don't understand why you like it. The characters are ghastly people who ruin each others lives. I don't know how Heathcliff and Cathy ended up being ranked with couples like Romeo and Juliet or Elizabeth Bennet and Mr. Darcy. It isn't a love story, it's a hate story."

That's what Edward said when he found out that Bella re-read Wuthering Heights. So far, I just read 10 chapters of the book and I agree with Edward. The story is annoying... no... Cathy is annoying. I hate her. She's such a shame for women. How can there's such an egoistic woman as she was?!?! I thought that most of the bad evaluation of women comes from her alone. Ugh... she's an evil.

I can't bear it anymore. I stop read it. I think it's not right to read such a hate-story like this, when i'm in the middle of my period with all bad temper I had. Maybe, when I'm in a little happier condition than this time, I will consider to continue read it. But really... this book is absolutely not my cup of tea.

Monday, December 1, 2008

Acara Akhir LSS 2008

Sudah lumayan lama saya gak update blog ini, soalnya kemaren quota speedy saya sudah diambang batas, jadinya terpaksa mengurangi pemakaian internet (kalo enggak si papah bakal ngamuk!).

Acara Akhir LSS baru aja dilaksanain hari sabtu-minggu, 29-30 November kemaren. Saya pergi ke sana pastinya, jadi sukarelawan buat marah-marahin anak orang. Walau ada beberapa hal yang bikin saya gak puas ama acaranya, tapi yah... lumayan deh. Ada beberapa foto dari Panaruban, tempat acara akhir sekarang, tak lupa juga foto-foto tambahan ala boyband :D Saya gak tau bagaimana peraturan kampus sekarang, tapi saya agak curiga bahwa LSS mungkin satu-satunya organisasi yang tersisa yang dibolehkan ngadain pelantikan di alam dimana pesertanya diangkut pake truk tentara, yang saya tahu biro kemahasiswaan agak sensi ama kata 'pelantikan', 'truk', 'alam' dll. Tapi rupanya saat saya nyampe ke Panaruban jam setengah 12 malam, sudah ada kunjungan dari bapak kepala biro kemahasiswaan, dan rupanya beliau sudah ada disana dari pukul 10.

Di acara akhir ini saya gak terlalu banyak ambil bagian. Bukan bagian saya lagi lah, lagian beda ama 2007 kemaren, 2008 mungkin gak akan terlalu kenal sama saya setelah acara ini. Gak enak kan kalo misalnya sekarang saya marah-marahin mereka dan sesudahnya saya gak kenal lebih deket ama mereka, entar satu-satunya hal yang mereka tahu soal saya adalah saya adalah orang yang galak. Kalo 2007 kemaren, sesudah saya marah-marah ama mereka pas acara akhir, saya dapet kesempatan buat kenal lebih jauh ama mereka, buat minta maaf juga gara-gara saya nyebelin pas acara akhir jadinya mereka gak akan nyimpan dendam ama saya hehehe...

Ya, acara akhir LSS selalu menyenangkan, walau saya sendiri gak pernah ikutan acara akhir sebagai peserta, dan saya lumayan tidak menyesal karenanya :p