Kemarin sebuah twit dari @atiekpuspa membawa saya ke sebuah blogpost darinya yang berjudul "kenapa kelas inspirasi gak penting?"
Sebagai pengantar, beberapa waktu ini saya memang sedang semangat-semangatnya jadi provokator untuk program Kelas Inspirasi. Satu program nirlaba yang di inisiasi oleh Indonesia Mengajar dan beberapa profesional, yang memfasilitasi para profesional untuk berbagi mengenai profesinya dengan anak-anak SD. Tahun lalu, saya sudah semangat-semangat ingin turut serta di acara ini tapi ternyata karena beberapa hal jadinya hanya bisa jadi penonton dari jauh (yang sebal hati karena cuman bisa nonton). Tahun ini, lewat satu obrolan kecil dengan Alia, saya dikenalkan ke Atiek dan bisa ikut serta di acara ini.
Dalam post tersebut, ada satu pertanyaan Atiek yang saya tanyakan ke diri sendiri juga, 'mengapa saya ingin ikut mengurus kelas inspirasi?'. Kalau jawaban Atiek itu keren: "karena hal itu penting untuk semua pihak", jawaban saya egois banget: "karena saya merasa hidup saya akhir-akhir ini terasa garing!". Karena alasan keikutsertaan yang cukup egois itu, saya sebelumnya belum pernah memikirkan lebih jauh tentang konsep Kelas Inspirasi ini. Saya hanya merasa kegiatan ini cukup keren untuk diperjuangkan. Tapi kemudian, sebuah pencerahan muncul ke diri saya pada saat saya nonton film Habibie & Ainun.