GW BOSAAAAANNNNN!!!
Pengen tertawa sendiri dengan kenyataan bahwa setiap saya posting dengan menggunakan bahasa adalah untuk marah-marah atau mengeluh. Sebegitu tak indahkah bahasa tanah air saya sampai saya hanya bisa menggunakannya untuk mengeluh?
Jangan salahkan palu ketika jarimu terpukul, jangan salahkan pena ketika tulisanmu tak terbaca. Intinya, bukan bahasa yang jadi masalah, tapi memang saya kurang bisa menulis yang indah-indah menggunakan bahasa, alias taunya emang cuman bisa marah-marah :)
Tapi ternyata kasus ini hanya berlaku untuk saya seorang. Beberapa teman bisa menulis dengan begitu baik pakai bahasa (dimana saya berusaha menulis dengan english supaya lebih keren kebacanya), dan oya... ada juga yang mendedikasikan blog nya untuk menulis sajak dan puisi.
Tarolah Hasan Aspahani sebagai contoh. Blog Sejuta Puisi-nya adalah satu blog yang saya sering kunjungi. Sajak dan puisi buatannya begitu bagus sampai saya merasa malu sendiri sebagai orang yang 20 tahun lebih berbahasa indonesia tapi tak bisa menulis dalam bahasa sebagus itu (walau pakai english pun gak pernah bagus-bagua amat sih...). Sajak Hasan Aspahani buat saya terasa jujur, mengungkapkan hal-hal sederhana menjadi sesuatu yang mengundang imajinasi. Saya sudah lama berusaha mencari buku kumpulan sajak beliau, sayangnya belum berjodoh untuk ketemu saja dan bahkan beberapa hari lagi kumpulan sajaknya yang baru akan diterbitkan.
Saya selalu ingin bisa menulis puisi. Ibu saya bilang dulu waktu kecil saya punya buku kecil yang isinya kumpulan puisi buatan sendiri. Hmmm... aneh, karena saya sendiri tak pernah ingat saya bisa menulis puisi :P
Kembali ke bahasan mengenai bahasa. Sebagai orang sunda, saya juga menguasai sedikit basa sunda. Dan setelah saya pikir-pikir ternyata saya hanya bisa menggunakan basa sunda level pergaulan, alias kasar dengan banyak 'mah', 'tah', 'maneh', 'urang' dan 'siah'. Hihihihi... karena memang setelah diingat-ingat, yang mengajarkan saya basa sunda itu teman-teman sekolah waktu SD, dimana level pergaulan lah yang dipakai. Kemampuan basa saya sedikit meningkat ketika saya bergabung dengan Lingkung Seni Sunda saat kuliah. WOW... orang-orang ini ada yang bisa membuat tembang, narasi, puisi dan lain-lain menggunakan basa sunda yang se-kecap pun saya baru dengar saat itu (dan saya agak yakin ayah dan ibu saya yang sunda tulen pun tidak akan begitu mengerti saat membacanya). Pada awalnya saya berpikir basa sunda saya akan lebih baik karena LSS, pada akhirnya saya tahu itu tidak terjadi. Mungkin basa sunda saya lebih lancar, tapi ya dengan kenyataan karena banyak saya gunakan untuk marah-marah juga (seharusnya saya gak pernah ngambil posisi di evaluasi -_-).
Jadi, kesimpulannya, mau menulis dalam apapun saya paling fasih ketika memakainya untuk marah-marah. Kenyataan menyebalkan yang perlu segera diubah. Syukurnya, saat saya belajar nederlands saya tak diajarkan cara marah-marah lebih dulu, tapi bagaimana memesan makanan dan minuman, sedikit perbaikan :)
No comments:
Post a Comment