SEBAL!!! Jam sebelas malam dan saya baru sampai ke rumah. Badan pegal, kepala pening dan perut tidak enak. Baru saja saya terjebak kemacetan selama dua jam di jalan surapati depan lapangan gasibu bandung, HANYA DI DEPAN LAPANGAN GASIBU!! Ini kemacetan paling menjengkelkan sepanjang sejarah kemacetan yang saya alami. Bayangkan, bahkan motor yang biasanya bisa menyelip di celah antar mobil pun sekarang terpaksa mematikan mesinnya karena sudah lebih dari satu jam tak bergerak sama sekali. SAMA SEKALI, not even an inch, luar biasa.
Jalan Surapati memang termasuk jalan yang lebar jika dibandingkan dengan jalan lainnya di bandung. Tapi tetap saja tak cukup besar untuk menampung trafik ratusan kendaraan dari berbagai jurusan. Mungkin akan lebih bagus kalau jalan ini selebar jalan Thamrin di Jakarta, tapi sayangnya tak ada lahan lagi untuk melebarkan jalan.
Sewaktu saya kelas 2 SMP, pemkot Bandung telah berbaik hati melebarkan jalan surapati dengan membabad habis semua pohon besar sepanjang jalan dan mempersempit area trotoar untuk pejalan kaki. Ternyata mereka lebih suka memfasilitasi warganya untuk membuang polusi sebanyak mungkin lewat memadati jalan dengan kendaraan, daripada melestarikan pepohonan hijau besar yang bisa membuat polusi di kota berkurang atau menyuruh warganya untuk lebih mencintai berjalan kaki dan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor.
Dan ternyata, pelebaran jalan itu tak berarti sama sekali. Karena jalan semakin lebar, tetapi kendaraan yang memadatinya pun jauh bertambah banyak. Maka tak gunalah kau melebarkan jalan, macet itu tetap tercipta meski tak ada si komo yang lewat.
Belum lagi lapangan Gasibu. Saya selalu merasa keramaian yang dibuat di gasibu membawa malapetaka bagi trafik lalu lintas di jalan surapati. Tak sadarkah bahwa di ujung jalan surapati itu ada jembatan layang pasupati??? dan apa kabarnya jika ujung jalan layang itu diblokir oleh puluhan kendaraan yang sepertinya terpaksa "parkir" disana. Para pengguna jembatan pasupati pasti terjebak total di atas jembatan itu tanpa tahu kapan bisa keluar dari sana. Bagaimana jika tiba-tiba ada Ibu yang akan melahirkan terjebak disana? apakah dia harus melahirkan di tengah jalan raya yang macet? atau dia harus dilempar dari atas jalan layang ke jalan di bawahnya kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat??
Lapangan gasibu memang strategis sebagai arena pertunjukan hiburan untuk rakyat, tapi sama sekali tak ada sarana pendukung yang baik untuk para pengunjungnya. Menurut saya daripada pemkot menghabiskan banyak uang untuk membangun Monumen perjuangan Rakyat Jawa Barat dan beberapa taman indah di depan lapangan Gasibu, akan lebih baik jika mereka membuat lapangan parkir superluas dan arena khusus PKL disana. Karena setiap hari sabtu minggu, jalan surapati di depan gasibu mendadak berubah fungsi dari jalan raya utama menjadi pasar kaget sekaligus tempat parkir, alhasil seluruh trafik menuju jalan P.H.H Mustafa dan menuju jalan dago di arah sebaliknya terblokir. Dan monumen megah itu tak bisa melenyapkan kemacetan yang ada disana.
Jika Bandung memang sudah menentukan visi untuk menjadi kota wisata belanja seperti singapura, mungkin sudah saatnya pula pemkot bandung memikirkan untuk membuat sistem lalulintas yang efektif dan membangun infrastruktur penunjang yang bisa mengurangi efek negatif akibat lonjakan pengunjung pada hari libur. Karena titel 'Kota Belanja' saja tak lantas membuat kota ini menjadi lebih teratur. Sudah saatnya kita semua sadar akan konsekuensi dari sebuah keuntungan.
Bandung, 21 Juli 2007
nb : ini postingan pertama dimana kata 'gw' diganti menjadi 'saya', usulan dari seorang teman via japri, yup mari kita coba.
No comments:
Post a Comment