Saya selalu percaya bahwa Allah akan selalu menguji kita akan segala hal yang telah kita ucapkan pada orang lain, terutama kata-kata yang baik, simpelnya : ngapain lu ngeguruin orang kalo lu sendiri ternyata gak kayak gitu. Lingkungan saya waktu kuliah dulu, yang disebut sebagai Lingkung Seni Sunda ITB, adalah tempat yang ngasih saya pemahaman nyata dari hal itu. Seperti halnya saya melihat banyak orang yang kerenan di omongan daripada kelakuan, saya pun belajar untuk lebih jaga apa yang saya ucapkan. Hari ini, di lingkungan baru yang disebut kantor, saya kembali merasakan ujian tersebut.
Baru minggu lalu saya bisa dibilang 'menggurui' seorang teman tentang bagaimana menyampaikan kekecewaan, ketidaksukaan ataupun teguran dalam bentuk yang -dalam kata yang saya pakai saat itu- 'cantik'. Bahwa konfrontosi langsung hanya akan membuat masalah berlarut-larut dengan timbulnya masalah baru, orang sakit hati lah... self defense berlebih lah... dkk. Dan Allah ngasih saya tes tentang hal itu hari ini.
Saat mengurusi proyek yang diburu waktu, dengan berbagai problem disana dan disini, serta partner yang sudah ditekan deadline sedemikian rupa, masih saya sempat mengajukan konfrontasi terbuka akan satu masalah, akibatnya... hampir tak ada penyelesaian. Sang partner langsund defense, dan saya pun setengah tidak terima. Baru beberapa jam kemudian lewat perkataan seorang GM di tempat saya, saya diingatkan tentang hal serupa yang saya beritahu kepada teman saya minggu lalu.
"jangan pakai konfrontasi terbuka, buatlah mereka mengerti bukan merasa dihakimi"
Astagfirullah... ternyata saya kepeleset juga.
Mulutmu harimaumu... kalau gak bisa kau jaga, ia yang akan sebabkan kehancuranmu. Saya bersyukur saya masih diingatkan.
No comments:
Post a Comment