Saturday, June 16, 2007

Kesendirian Trem...

Di tengah hiruk pikuknya Jakarta. Di pojok satu cafe dengan AC yang begitu dingin, dengan begitu banyak orang yang sibuk dengan begitu banyak urusan, Trem duduk sendiri di depan laptopnya, kedinginan, kesepian. Dia sedang marah dan sangat terluka.

ah...cafe latte-nya datang, ditemani dengan sepiring croissant. Waiter itu hanya menaruhnya begitu saja di atas meja dan tidak mengatakan apa-apa. Trem sedikit kesal, apa karena dia sendirian atau karena dia hanya memakai jeans belel di tengah orang-orang penting yang memakai jas Armani dan orang-orang yang menenteng tas Gucci, makanya dia diperlakukan seperti itu??? Geez...money...it's not just give value to a thing, it's also value a human...

Dia kembali teringat tentang percakapan teleponnya kemarin lusa, dengan seorang teman, yang sampai 2 bulan yang lalu masih dia anggap teman baik, dan sekarang statusnya turun menjadi "hanya sekedar kenal". Percakapan itu sebenarnya sangat dia harapkan, berhubung sudah berbulan-bulan dia berusaha menghubungi orang itu, tetap saja tidak bisa dihubungi, tetapi ternyata sekalinya dia dapat dihubungi, Trem hanya sanggup mengatakan satu kalimat singkat...

"kenapa gw nelpon gak pernah diangkat???" dan dijawab dengan sangat tidak singkat.
"maafin gw, kemarin gw sibuk jadinya...bla...bla...bla...", Trem tak ingat lanjutannya, telinganya berdengung saat itu. Dia menolak semua informasi yang masuk ke otaknya, dia menutup semua indranya, yang dia pikirkan hanya satu hal..."kalau ni manusia bisa ngomong segini banyaknya saat gw telpon, kenapa dia gak pernah mau ngangat telpon gw??? gw pikir dia gak mau ngangkat karena dia gak bisa ngomong..."

dia tak mau memperpanjang percakapan, dia hanya memotong omongan temannya dengan-- kembali-- satu kalimat singkat...
"sorry, gw gak punya duit, mahal nelpon dari jakarta ke bandung..."

dan dia memutus hubungan telpon. Marah, itulah yang dia rasakan. Seorang teman yang dia anggap berharga, seorang teman yang begitu dia percaya, dan seorang teman yang akhirnya membuatnya kecewa...

"ternyata uang begitu menakutkan..." itulah yang kemudian dipikirkannya. Hanya dengan 700ribu rupiah, seorang teman rela meninggalkannya, seorang teman tidak percaya lagi padanya dan seorang teman telah dibuang jauh dari hatinya...hanya karena 700 ribu rupiah...

Teman itu adalah seorang teman lama, teman yang dikenal dari SMP terus bersama sampai SMA. Teman yang kemudian menjadi mitra bisnis untuk sekedar senang-senang dan sok ber-"interpreneurship". Dan betapa Trem menyesali keputusannya untuk membuat usaha itu.

Mungkin awalnya dia bahagia, bisa beli MP3 player baru, sepatu baru, baju baru dan selusin J.Co untuk satu keluarga setiap bulan dari uang hasil jerih payahnya sendiri. Huh...she's start to love money. Tapi dia menyesal, karena ternyata dia kehilangan seorang teman karenanya.

Hanya karena seorang pelanggan yang lari tanpa membayar, seorang pelanggan yang dibawa temannya. Seorang pelanggan yang berhutang 700ribu rupiah dan temannya jadi takut untuk bertemu dengannya, takut untuk menerima telponnya dan takut untuk sekedar memberinya kabar.

Trem hanya bisa tersenyum. "jadi harga pertemanannya dengan gw cuman 700rebu??? ....murah amat, kenapa gak gw mahalin jadi 1 milyar aja ya...biar setidaknya sedikit keliatan berharga...keliatan mahal..."

Dia tak menangis. Tidak ada air mata...hanya hati yang terluka dan semakin beku. Dan prasangka buruk yang kembali muncul di kepalanya...
"temen yang gw kenal lama, kenal deket, tau banget gw aja bisa kayak gitu ama gw...bisa segitu ngecewain gw gara-gara hal gak penting, gimana ama orang yang langsung ngaku temen gw cuman gara-gara tau nama gw doang??? mungkin mereka bakal lebih ngecewain gw lagi..."

Dia kembali tersenyum, dan ingat kesendiriannya selama beberapa minggu terakhir.
"ya, mereka juga sangat mengecewakan..."

Trem pun kembali menghirup cafe latte nya...dia mengambil satu kesimpulan...

"gw emang gak boleh percaya sama siapa-siapa!!"

Trem menghirup cafe latte nya untuk terakhir kali, menutup laptopnya dan berjalan keluar dari cafe tersebut. Langsung menuju halte busway terdekat yang akan membawanya kembali pulang, kembali pada kesendiriannya.

No comments: