Wednesday, December 3, 2008

Twilight Vs Bolt

Hari ini adalah hari menonton film. Pagi-pagi saya bangun dan setelah beres-beres langsung melahap 5 episode Avatar Book 1 (sorry, yang ini saya bener-bener telat). Siangnya saya berangkat buat nonton Twilight bareng Alia. Di loket tiket, kita menyadari bahwa Bolt pun sudah rilis, akhirnya setelah nonton Twilight di Ciwalk XXI, kita meluncur ke Blitz Megaplex buat nonton Bolt. Karena dua film ini ditonton pada hari yang sama, mau gak mau saya membandingkannya (padahal genre-nya beda jauh). Walau saya agak sentimen pada Miley Cyrus, dengan berat hati Bolt harus menjadi pemenang untuk pertandingan hari ini. Sekarang kita bahas satu-satu...

Twilight, seperti umumnya film adaptasi dari novel fantasi, film ini termasuk mengecewakan. Yup, maaf kawan-kawan twilighters, Twilight the movie definitely not as great as the novel.

Ada dua alasan yang bikin saya tetap bertahan di kursi saya saat menonton film ini, pertama... saya sudah bayar tiketnya, kedua... Rob Pattinson as Edward Cullen. Cast dan setting adalah dua hal yang bisa saya kasih pujian untuk film ini. Jejeran pemain yang awalnya saya curigai karena KKN dengan si sutradara (kecuali Rob yang lewat audisi), ternyata jadi satu hiburan di tengah jalannya cerita yang diubah dari novelnya dengan sangat maksa dan teu nyambung! Visualisasi Forks sebagai kota miskin cahaya matahari dan selalu hujan serta ijo dimana-mana, jelas bikin saya jatuh cinta (gw mau deh tinggal di kota kayak gitu).

Kalau hukuman dapat diberikan, jelas hukuman terberat harus dijatuhkan pada si sutradara, Catherine Hardwicke. Editing yang gak mulus, banyak scene gak penting dan gak jelas, perombakan alur yang kadang bikin kesel. Memang cerita dari novelnya sedikit banyak diubah untuk lebih menyesuaikan dengan durasi film, tapi bridge yang dibuat untuk tiap bahasan malah bikin ceritanya gak ngalir, kerasa kepotong-potong dan gak natural. Inti ceritanya sendiri bahkan gak jelas. Awalnya saya (dan beberapa twilighters yang lain) menyangka bahwa genre film ini akan diperberat di bagian romance, ketimbang petualangannya. Tapi nyatanya saat filmnya jadi, ni film gak dua-duanya. Kalo romance mau ditonjolkan, jelas scene-scene soal penggambaran karakter Edward dan penggambaran pikiran Bella musti diperkuat, yang dalam kenyataannya tidak seperti itu. Kalo petualangannya mau diperberat, jelas bagian kejar-kejaran James dengan The Cullen perlu ditekankan, yang sayangnya juga tidak seperti itu. Ada satu hal pasti yang keangkat di film ini, rasa frustasi Edward. Frustasinya dia gara-gara fakta bahwa dia berbahaya bagi Bella, dan finalnya ketika dia harus berhenti dari menyedot darah Bella ampe habis saat harus ngeluarin venomnya james dari tubuh Bella. Aktingnya Rob jelas oke banget untuk menggambarkan ini. Sayangnya sisi protektif dan dominan Edward gak terlalu bisa digambarkan, dan Bella... hmmm... sepertinya saya tidak menyukai akting Kristen Stewart, terlalu monoton dan kurang variasi, lempeng.

Ada satu hal lagi yang sebenernya mengganggu (walau cukup menghibur) adalah kebanyakan shot close-up ke muka Rob. Okelah kalau dia mau menjual tampang Rob yang ganteng, yang dengan senyum dikit aja udah bikin jantung berhenti dan bisa bikin cewe satu bioskop sadar gak sadar teriak atau nahan nafas, tapi tetep aja kalo keseringan itu ngeganggu!

Ugh, saya gak pernah tau sutradara ini sebelumnya, dan saya jadi penasaran kayak gimana film dia sebelumnya. Yang saya tahu dia pernah kerja bareng Nikki Reed di Thirteen (yang gak masuk Indonesia) dan bareng Emil Hirsch di Lords of Dogtown (yang juga gak masuk Indonesia). Buat saya kerjanya di Twilight benar-benar mengecewakan. Saya dapat berita kalau Twilight movie udah masuk produksi saat novelnya belum begitu booming di US sana (makanya yang ngerjainnya studio menengah macam Summit), mungkin itu pula yang menjelaskan pemilihan pemain yang gak terlalu populer dan budget film yang rendah. Tapi ya sekali lagi bukan pemain, atau dana, atau setting yang mengganggu saya, tapi plot dan penyutradaraan. Bah... bikin emosi aja, untung Rob ganteng, jadi saya gak terlalu merasa rugi membeli tiket.

Bolt, gimana jadinya Miley Cyrus ketemu John Travolta? bersyukurlah mereka dipertemukan di film animasi, gak kebayang deh kalo adu akting. Miley jelas punya suara yang menarik, jadi suara Penny sang pemilik Bolt pun jatuhnya lucu. Dan John? hehe... gw mau deh punya peliharaan selucu Bolt yang suaranya John Travolta :D STOP...STOP... yang begituan gak usah dibahas, karena menurut gw kelebihan Bolt terletak di ide cerita dan teknik animasinya.

Ini film soal binatang pastinya, tipe yang saya suka dan mungkin akan disukain ama temen saya Ayu si pecinta binatang. Ayu pernah cerita sama saya kalau dia gak suka cerita binatang yang di manusia-manusia-in, macam Shark's Tale atau Finding Nemo mungkin. Film ini jelas mengetengahkan binatang sebagai binatang, repotnya itu kalo tu binatang menyangka dirinya binatang super.

Bolt itu bintang film, hidup di setting film dan kesehariannya diisi dengan menyelamatkan Penny dari si jahat bermata hijau, yang tidak disadarinya hanya sebuah syuting film. Salahnya kalo dia sudah terlalu jauh menyangka dirinya superhero. Sisa ceritanya silakan nonton sendiri. Bukan tipe cerita yang sulit ditebak, tapi saya suka dialog dan penempatan tiap karakter di cerita film ini. Standar Disney, ini tentang keluar dari rutinitas yang ternyata gak bener dan kemudian menyadari bahwa dunia itu tidak berjalan sebagaimana kita berpikir dunia berjalan. Soal menyadari siapa sebenarnya diri kita, tentang bagaimana seharusnya kita bersikap dan akhirnya hidup bahagia, happily ever after... so fairy tale.

Yang saya gak suka, tokoh sidekick yang selalu diketengahkan 'ingin menjadi orang lain' muncul disini, dengan kedok untuk menyadarkan si tokoh utama kalau dia orang yang hebat. Percayalah, jangan merasa bangga saat ada orang bilang sama kamu : "saya sebenernya ingin menjadi seperti kamu", itu sama saja kamu menginspirasi orang untuk merendahkan dirinya sendiri dan ingin jadi orang lain. "mawar adalah mawar, azalea adalah azalea... setiapnya punya cara masing-masing untuk tumbuh", gak perlu banding-bandingin ama orang lain. Terinspirasi untuk menjadi lebih semangat boleh, untuk membangun mimpi boleh, tapi tidak untuk menjadi orang lain, gak ada yang keren di situ. Dan Disney sepertinya punya kebiasaan untuk menaruh tokoh sidekick seperti itu dalam ceritanya. Seolah pengen bilang : "kalo kamu bukan tokoh utama, berusahalah jadi seperti tokoh utama". Huh, racun banget deh. Ya... sekali lagi perlu diingatkan (mengingatkan diri sendiri juga), kita boleh terinspirasi oleh film, tapi jangan mau terpengaruh oleh film. Sebagus apapun satu film, itu tetap gak nyata, walau diangkat dari kisah nyata sekalipun.

Dari segi animasi, jelas saya jatuh cinta. Nampaknya Disney berusaha ngalahin teknik animasinya Dreamworks yang terakhir keluar lewat Kung Fu Panda. Visualisasi bulu dan gerak karakternya hampir mirip dengan Kung Fu Panda, yang lebih oke adalah efek visualisasi cahaya dan kerennya... lensa, seolah ketika ada cahaya yang langsung kesorot kamera ada efek pendar yang kayak di lensa kalo di dunia nyata. Satu lagi kelebihannya adalah sound effect. Detil suaranya jelas lebih oke dari Kung Fu Panda, hal sesimpel merpati jalan atau hamster ngegeser badan pun dikasih suara yang lucunya pas banget, gak terlalu mencolok tapi ada dan kerasa natural... oke banget deh. Gimanapun juga Disney kayaknya belum mau tunduk di peperangan film animasi, dan saya mengakui gimanapun Disney masih lebih oke, Dreamworks dan Pixar (masih bagian Walt Disney company) harus berusaha lebih keras.

Alasan kenapa saya memilih Bolt sebagai pemenang adalah karena Bolt jelas lebih punya cerita dibandingkan Twilight. Awal dan akhirnya jelas, plot nya jelas, ceritanya bisa dinikmati. Dan sebuah film selayaknya memiliki cerita yang dapat dinikmati, bukan sekedar nampangin pemain ganteng aja, makanya Bolt yang menang. Tapi kalau ditanya film mana yang pengen saya tonton lagi, jawabannya adalah Twilight. Alasannya, hehehe... gak penting sih, tapi saya pengen ngeliat Rob lagi, ganteng kan dia :p

*woops...panjang ternyata*

6 comments:

aLia_noZa said...

setujuuu..
kaya banyak hal yg kenal tuh di cara penulisanmu bu.. hehehehe

Hail Rob Pattinson!!

Unknown said...

@ alia : hehehe... kan sebelumnya udah kita bahas bu... kalo nonton bareng orang tuh biasanya komennya berkembang, haha... udah lama gw cuman nonton sendirian.

Laksmi Larastiti said...

edward cullen ..
selaluuuu aja jadi idaman para wanita !
;)

Unknown said...

@laras : gak butuh cowok lain kalo ada edward... untungnya dia tokoh khayalan... hahaha...

ali bagus antra said...

di bagian "nampangin pemaen2 ganteng aja"..saya ko ngerasa kesepet ya?hahahaha

Unknown said...

ugh... sepertinya akang tidak punya alasan untuk merasa kesepet... :p