Wednesday, December 17, 2008

Yang lain bisa menunggu

Gadis itu memandang kosong ke layar monitor komputernya yang berkedip-kedip. Beberapa file excel dan data dalam pdf terbuka di sana, tapi pikirannya sama sekali tak di situ. Beberapa saat kemudian ada telapak tangan yang muncul di antara matanya dan layar komputer, bergoyang-goyang semangat dan menyadarkan gadis itu dari lamunannya. Dia melirik pada si pemilik tangan, sahabatnya yang ada di cubicle sebelah sekarang berdiri di samping mejanya, memandanganya antara tertarik dan bingung.

"apa?" tanya gadis itu. Sahabatnya itu melirik jam dinding.
"ini baru jam 10 pagi dan lu udah ngelamun?!?! Hello... apa yang terjadi dengan dunia? lu dapet vision soal perang dunia?" sindirnya sambil terkekeh. Gadis itu hanya memberengut kesal.
"nope, I just had an out of body experience" balasnya.
"ada apa sih bu?" tanya sahabatnya itu lagi.

Gadis itu diam sebentar, kembali memandang monitor komputernya dan tak menjawab.
"bumi pada mars, bumi pada mars... helloooo!" sahabatnya itu setengah berteriak di telinganya.
"ihh... pliss deh" gadis itu melempar pandangan kesal pada sahabatnya.
"habis, ditanya malahan ngelamun lagi, ada apa sih? hei... ada apa?" tanyanya lagi.

Gadis itu memperhatikan wajah sahabatnya bentar, membuka mulut tapi kemudian menutupnya lagi seakan tidak yakin, akhirnya dia mengatakan sesuatu,
"apa fokus hidup lu sekarang?" tanyanya. Sahabatnya menaikkan sebelah alisnya bingung.
"heh?"
"uhh... jawab aja deh, apa fokus hidup lu sekarang?" tanya gadis itu lagi. Sahabatnya mengerutkan kening sebentar, memandang menyelidik pada gadis itu sebelum menjawab.
"well... gw udah lulus, dapet kerjaan enak, nikah udah berarti... punya anak kali" jawabnya sambil nyengir.
"ugh... as I thought!" Gadis itu menjatuhkan kepalanya ke atas meja, sahabatnya itu mengerutkan keningnya lagi.
"apa jawaban gw salah?" tanyanya.
"enggak lah... cuman... gw yang salah nanyanya ama lu" jawab gadis itu.

Sahabatnya semakin tak mengerti, dia memperhatikan kepala gadis itu yang tertunduk di atas meja, kemudian matanya tertumbuk pada satu benda yang tergeletak di samping monitor komputer. Kotak kecil berlapis beludru hitam dengan pinggiran dari metal berwarna emas. Dia tak harus membuka kotak itu untuk tahu apa yang ada di dalamnya, dan dia melongo tak percaya.
"WOW..." katanya kemudian. Gadis itu mengangkat kepalanya dan melirik sahabatnya, agak bingung dengan wajah terkesima sahabatnya.
"apa?"
"itu... apa?" kata sahabatnya sambil mengedikkan kepala pada kotak beludru di atas meja.

Gadis itu melirik pada kotak itu dan langsung mengambilnya melemparkannya ke dalam laci. Selanjutnya dia diam, berusaha tak berekspresi walau semburat merah mulai muncul di wajahnya. Sahabatnya semakin melongo tak percaya.
"wow..." katanya lagi.
"ugh, pliss deh, gak segitunya kali" balas gadis itu terdengar kesal.
"tadi gw bilang lu punya vision soal perang dunia, gw salah, lu baru saja menyebabkan perang dunia" jawab sahabatnya itu, si gadis memukul tangan sahabatnya itu pelan melempar pandangan kesal.
"cowok??? lu ngelamun pagi-pagi di kantor gara-gara cowok?? itu baru perang dunia... siapa?" Sahabatnya itu bertanya menyelidik.

Gadis itu terlihat agak tak yakin tapi akhirnya dia menunjuk pada satu foto yang tertempel di dinding cubiclenya, fotonya dengan seorang pria, sahabat dekatnya semenjak kuliah dulu. Senyum yang awalnya terpajang di wajah sabatnya mendadak hilang dan berubah menjadi ekspresi serius.
"seriously?" tanyanya, dan gadis itu mengangguk lemas.
"wow... sobat sendiri, oke... itu sulit" katanya kemudian.
"masalahnya bukan itu" gadis itu berkata pelan. Sahabatnya memandangnya heran.
"lalu?" katnaya.

Gadis itu diam sebentar, kemudian menjawab.
"awalnya gw pikir juga gw bingung gara-gara dia sobat gw, gak pernah kepikiran sama sekali buat nganggap dia berbeda... tapi ternyata bukan itu..." dia diam sebentar, sahabatnya masih memperhatikannya dengan serius.
"fokus hidup gw sekarang bukan ni... bukan itu" dia tak sampai hati menyebut kata 'nikah'.
"hah?" sahabatnya menimpali.
"ayolah... kerjaan gw baru settle, gw baru memulai hidup gw... saat ini gak ada yang pengen gw pikirin selain naik ampe posisi manager, mungkin gw bakalan mikirin... itu...well... 5 tahun lagi" gadis itu menjawab. Sahabatnya sekarang melempar pandangan tak setuju.

"honey, you're 24, and you still talking about marriage like you're 18... pliss deh, cewek lain tuh udah ngerasa perawan tua kalo belum nikah di umur lu sekarang, dan lu berpikir buat baru mulai 'memikirkan'nya 5 tahun lagi, which means at the time you're 29, only God knows when you will marry!" sahabatnya itu membalas.
"ya terus kenapa? orang bule banyak yang nikah umur 40 kok, setidaknya gw merencanakan 10 tahun lebih cepat dari mereka" balas gadis itu.
"mereka bisa nikah umur 40 karena mereka bisa have sex kapan aja, dan lu berpikir buat hidup kayak gitu?!?!" sahabatnya itu memberikan pandangan mengancam.
"ya enggak lah... bisa mati mendadak orang tua gw... tapi pliss deh... nikah? apa yang lebih buruk dari itu?!?!" kata gadis itu.
"jadi perawan tua!" balas sahabatnya.
"lu tau banget itu bukan masalah buat gw" balas gadis itu.
"yup, gw tau banget bahwa satu-satunya masalah lu adalah lu gak pengen diperbudak, dimana pernikahan buat lu sama menyedihkannya dengan rantai tahanan" balas sahabatnya.

Gadis itu diam, bagaimana pun dia tahu bahwa sahabatnya itu benar. Sahabatnya hanya menghela nafas panjang, dia kemudian berjalan balik ke cubiclenya. Gadis itu menyangka sahabatnya menyerah untuk membicarakan masalah itu lagi, seperti yang biasanya terjadi kalau mereka berdua membicarakan pernikahan. Tapi kemudian sahabatnya itu kembali dan menaruh satu buku di mejanya, gadis itu membaca judul buku itu beberapa kali... Kado pernikahan untuk isteriku. Dan dia melempar pandangan tak percaya pada sahabatnya.

"what the..." tapi kata-katanya terpotong.
"diem, baca ini, udahnya kita ngobrol-ngobrol lagi, gw males ngomongin beginian ama lu selama lu masih keras kepala dan nutup diri, pelajari dulu entar kita ngomongin lagi... titik" setelah itu sahabatnya itu kembali ke cubiclenya. Gadis itu masih memandangnya tak percaya. Dia kemudian balik memandang buku itu, dan dengan helaan nafas panjang dia memasukkan buku itu ke dalam tasnya. Liat entar aja deh. Pikirnya menyerah, dan dia berusaha kembali fokus pada monitornya, pada sheet excel dan file pdfnya, yang lain bisa menunggu.

6 comments:

galih sandy agung said...

heu..ga nyangka puput nulis tentang hal ini..
semangat puput!! :D

Anonymous said...

Udah pengen nikah ya put? piss.. :P

Anonymous said...

wait put,,ini cerita beneran atau cerpen buatan?

Unknown said...

eits... ini cerpen bo, emang ada kejadian benernya, tapi gw gak akan bilang yg mana... hahaha...

Unknown said...

dan Ayu, gw belum pengen nikah... entar aja dah diomonginnya... hahaha...

Anonymous said...

cihuy..cihuy...
prikitiw...
biar saya tebak deh put yang mana nya.. ^^