Kemarin saya mengobrol singkat dengan 2 orang teman saya yang menurut saya adalah dua orang yang sangat luar biasa.
Orang kesatu, keadaan: ketemu di jalan.
Saya : hoi...
Orang kesatu : hoi...
Saya : eh, lu jadi menteri gak?
Orang kesatu : gak
(saya kaget!)
Saya : kenapa?
Orang kesatu : (cuman senyum)... put, gw mau bikin inkubator ide mahasiswa, dan menurut gw kalo itu bisa diwujudkan, bisa jadi solusi buat semua masalah kemahasiswaan sekarang...
Saya : (mengangkat alis) wah? segitunya?
Orang kesatu : (mengangguk yakin)
Saya : oke deh, gw lulus oktober kok, dan gw penasaran, entar ngobrol lagi ya...
(orang kesatu pun tersenyum lalu berlalu pergi)
Orang kedua, keadaan : ngobrol santai sebelum pulang.
Saya : kenapa? menurut gw elu itu salah satu orang yang capable buat posisi itu, kalo bukan elu siapa lagi?
Orang kedua : iya sih, tapi gimana ya, saat saya liat usulan programnya sekarang, bentuknya gak beda ama program-program tahun sebelumnya, kebanyakan bentuknya cuman event-event aja.
Saya : terus?
Orang kedua : menurut saya, yang namanya mahasiswa itu produknya harus sustainable, bisa terus dipakai dan berguna, dan karena itu saya ingin fokus di penelitian soalnya saya yakin hasilnya kelak bakal berguna buat nelayan.
Saya : ok gw setuju, penelitian mungkin karya lu dalam bidang akademik yang lu kuasai, tapi apa lu cuman segitu aja? ayolah... lu bisa lebih...
(Orang kedua tersenyum dan kemudian ngeloyor pergi saat telponnya berdering)
Sebenernya kasus untuk dua orang di atas adalah mirip. Keduanya dilihat oleh semua orang layak untuk memegang satu posisi penting dan mungkin bisa lebih daripada itu, tapi mereka masing-masing punya pilihannya sendiri. Keduanya punya tujuan yang sama tetapi dengan jalan yang berbeda.
Orang kesatu masih bergerak di kemahasiswaan lokal, tapi dia berani mengambil resiko dengan membuat jalan yang berbeda. Resiko gagalnya tentu lebih besar jika dibandingkan dengan dia maju sebagai presiden atau menjadi menteri, tapi dia yakin dengan jalan yang dipilihnya dan dia berusaha konsisten dengan itu.
Orang kedua melihat kemahasiswaan sebagai satu sarana yang lebih luas. Sebagai mahasiswa dia ingin memberikan satu hal yang 'abadi' pada masyarakat Indonesia, karena itu dia berusaha fokus pada penelitiannya. Saya belum tahu lebih lanjut tentang intensitas orang ini pada kemahasiswaan lokal, tapi saya berharap besar bahwa dia bisa meraih lebih besar dari apa yang dia miliki saat ini.
*dengan perubahan seperlunya yg Insya Allah tidak merubah konten pembicaraan secara keseluruhan :p*
2 comments:
Inkubator ide mahasiswa? :P
Ide mahasiswa itu pada prematur kali ya.. Makanya perlu dimasukkan ke inkubator dulu.
hahaha... gak tau juga tuh kram... mungkin begitu kali ya...
Post a Comment