Friday, May 16, 2008

Kuliah terakhir

Saya gak sadar, bahwa ternyata hari ini adalah hari terakhir saya kuliah di ITB. Minggu depan udah masuk minggu UAS dan gak ada kuliah lagi, hari yang sebenernya istimewa, tetapi ternyata hari istimewa ini tak diperlakukan secara istimewa. Kuliah terakhir, Kapita Selekta Komunikasi berakhir tanpa sedikitpun perasaan istimewa, semua sama saja seperti kuliah biasa, tanpa ada rasa yang berbeda. Ha... mengecewakan juga nih.

Ya, walau begitu, kuliah terakhir tadi lumayan menyenangkan dari segi bahasan. Kuliah umum akhir semester STEI, diisi oleh Dr. Rizal Ramli, PresKom Semen Gresik dan mantan MenKo Ekuin. Kuliahnya menarik, banyak yang dibahas terutama masalah ekonomi, lha wong beliau itu Doktor di bidang ekonomi kok. Di luar beberapa istilah ekonomi yang saya gak ngerti, bahasannya berkisar di kajian ekonomi Indonesia selama sepuluh tahun ke belakang. Soal nilai kurs mata uang, krisis moneter, utang luar negeri, sampai ke pengembangan industri dalam negeri dan BUMN.

Cukup menyenangkan mengetahui itu semua dari sisi bidang keahlian yg memang berhubungan, karena ternyata beberapa berita yg saya dapat melalui TV tak lebih hanya menyentuh kulit luarnya saja (yang kalau di berita TV tampaknya tak terlalu menarik). Dalam paparannya sendiri beliau juga turut menerangkan tentang pengalamannya dalam menangani masalah ekonomi, dari mulai mencegah suatu bank collapse sampai tentang manajemen perusahaan, dan juga ada yang lucu dari beberapa paparannya.

Gus Dur : pak Rizal, tolong benerin tuh IPTN
Rizal Ramli : wah Gus, saya gak bisa, pertama karena saya ketua Bulog, saya gak ada urusan dengan IPTN, kedua karena dulu saya itu tukang kritik Pak Habibie tentang manajemen IPTN, masa sekarang saya disuruh benerin IPTN.
Gus Dur : salah sampean kalo dulu kritik-kritik Pak Habibie, kualat kamu sekarang, soal kamu kepala Bulog, ini perintah turun langsung dari presiden, pokonya kamu musti benerin IPTN.

Kira-kira itu salah satunya. Hahaha... memang cukup kocak, karena sebelumnya beliau menjelaskan tentang kerjaannya yang main ancam ke bawahannya "kerjain dalam dua tahun, kalo gak bisa tambah bagus, siap-siap diganti" Kalimat-kalimat macam itu kadang muncul saat dia menjelaskan tentang manajemen ekonomi yang pernah dia lakukan.

Ngurusin ekonomi itu memang menyenangkan, banyak asiknya banyak ribetnya juga. Ayah saya adalah seorang penggemar berat Sri Mulyani (dan pernah menyarankan saya dengan serius untuk menjadi seperti beliau), dan dia senang sekali waktu Sri Mulyani diangkat menjadi menteri, saya sih biasa saja, karena saya tak tahu Ibu Sri Mulyani itu orangnya gimana, dan saya gak terlalu ngerti masalah ekonomi. Saya langsung berpikir, kalo saya ingin jadi direktur, saya musti ngerti masalah ekonomi, jadi bagaimanapun juga saya harus belajar mengenai ekonomi, ya... bisa diusahakan.

Selepas kuliah tadi teman saya ada yang berkomentar begini, "wah put, calon menteri nih... pertanyaannya nampak udah pas banget tuh", dia menanggapi pertanyaan tentang kepemilikan BUMN yang saya ajukan pada Rizal Ramli. Setelah saya pikir-pikir, mungkin setelah jadi direktur saya bisa jadi menteri negara BUMN, jadi bareng-bareng ama si Ibu ini buat jadi menteri, hahaha... lu pikir jadi menteri gampang?!?! ya... kita liat aja entar :D

No comments: