Hari ini adalah kuliah perdana Manajemen Potensi Diri yang saya ikuti (karena saya baru aja daftar kelas ini). Seperti perkiraan hal pertama yang diajarkan adalah soal kepribadian, yang kalo di pembagian populernya itu biasa diklasifikasikan jadi koleris, melankolis, sanguinis, plegmatis; tapi kali ini si dosennya menerangkan pake klasifikasi lain yang dikaitkan ama warna.
Dari beberapa tes yang pernah saya ikuti saya pernah digolongkan di tipe koleris-plegmatis ama koleris-melankolis, dengan prosentasi kolerisnya sangat tinggi, gak ada sisi sanguinis sekalipun. Parah banget. Gara-gara hasil tes ini, temen-temen saya langsung nge-cap saya tipe orang serius yang gak bisa becanda. Emang gitu ya?
Awalnya saya cukup percaya ama hal-hal macam klasifikasi kepribadian kayak gitu, tapi kalo dipikir ulang ada satu hal yang membuat setiap tes itu jadi kurang valid : bentuknya itu berupa tes isian yang diisi ama orang yang di tes. Dari situ saya mengambil kesimpulan bahwa tes-tes macam itu gak bisa seluruhnya dipercaya. Hello... saya pikir saya bukan tipe manusia yang nerima-nerima aja ketika kepribadian saya di-judge sesaat lewat satu tes di atas kertas saja. Saya pikir diri saya gak sesimpel itu.
Masalahnya disini, setiap manusia pasti punya gambaran tentang 'my ideal personality' di benaknya masing-masing. Dan kecenderungannya, saat orang mengisi tes macam itu kebanyakan malah ngebayangin bentuk 'dirinya yang ideal' bukan 'dirinya yang sebenar-benarnya'. Mungkin gak sepenuhnya begitu, ada yang setengah jujur juga, jadinya kepribadiannya bercampur antara sosok idealnya dan sosoknya sebenarnya. Kesimpulan ini saya ambil dari pengalaman saya sendiri dan juga hasil ngobrol ama beberapa teman. Mereka pun ternyata kayak gitu juga.
Saya contohnya, dari kecil saya selalu berambisi buat jadi pemimpin. Jadi orang yang mandiri, dan gak bergantung ama orang lain, rasional dan pikirannya 'terpartisi'. Dari bayangan tentang hal itu, secara tak sadar saya membayangkan bahwa diri saya sudah seperti itu saat saya mengisi soal di tes kepribadian. Maka keluarlah hasil bahwa saya seorang koleris yang kuat.
Saya mengetahui ke'meleset'annya ketika saya mengevaluasi diri saya awal tahun ini. Apa benar saya seperti itu? sepertinya gak segitunya juga. Lewat dialog dengan beberapa teman dan penelusuran beberapa tulisan di blog, saya menyadari kalo saya pun cukup sanguin, hanya saja ke-sanguin-an saya hanya muncul saat saya bersama teman-teman SMA saya. Saya pun tak segitu koleris, karena ternyata sisi koleris saya sangat kuat muncul saat saya berada di LSS. Saat saya di himpunan atau sedang kuliah, sisi plegmatis saya lebih dominan, dan saat saya sendirian saya sangat melankolis.
Setiap bagian dari kepribadian dalam klasifikasi itu benar-benar saya miliki dalam kehidupan saya dan frekuensi kemunculannya pun cukup seimbang. Mungkin memang saat saya mengisi tes itu, yang terbayang oleh saya adalah gambaran diri saya yang ideal. Target yang berusaha saya capai. Jadinya saat mengisi pertanyaan-pertanyaan itu saya lebih ke 'memilih' cara yang tepat agar saya terlihat seperti yang saya inginkan. Ya... mungkin gak semua orang seperti itu, mungkin juga ada yang memang sangat serius dan jujur dalam mengisinya. Tapi untuk saya sendiri, saya pikir saya tak mau begitu saja menyerah pada hasil yang tertulis di atas kertas. Saya tahu bahwa saya lebih dari hal itu.
1 comment:
Good words.
Post a Comment