Friday, December 26, 2008

Berjalan-jalan

Natal kemaren, tepatnya tanggal 25 Desember 2008, yang juga ulang tahunnya Ditha, saya ikut hiking bareng LSS ke Tangkuban Parahu, ini beneran hiking karena kita ngambil jalur lewat Jayagiri (gak lewat jalan raya). Ini acara rutinnya LSS tiap natal, terakhir kali saya ikut itu waktu saya tingkat 2, sekarang setelah punya titel alumni saya baru ikut lagi.

Sepanjang jalan saya banyak berpikir, tentang diri saya dan lingkungan, tentang setahun kemarin dan rencana tahun depan. Tentang apa yang sudah saya lakukan dan yang belum saya lakukan. Tentang Orang tua, saudara, teman, orang yang saya suka. Tiga jam perjalanan di tengah hutan benar-benar media yang tepat untuk memikirkan semua itu tanpa diganggu. Dan selewat itu semua, saya pun jadi tahu bagaimana karakter saya sekarang, perkembangan apa yang sudah saya capai selama setahun, penurunan apa saja yang sudah saya derita, dan sungguh melegakan bisa menyadari itu semua. Tahun depan mungkin akan jadi tahun yang sulit, jauh lebih sulit dari tahun-tahun yang sudah saya lewati. Banyak ketidakpastian disana, dan anehnya itu yang menjadikannya menarik. Kita lihat saja nanti.

Selain itu saya juga jadi banyak merhatiin orang-orang teman seperjalanan saya. Banyak sekali anak muda yang saya gak terlalu kenal, sehingga saya iseng merhatiin mereka dari jauh. Juga teman-teman dan para senior saya, bagaimana mereka sekarang?!? Saya ingat satu perkataan dari seorang trainer SSG DT yang jadi trainer acara pelantikan kaderisasi HME 2004:

"kalau kamu pengen tahu karakter orang, bawa dia jalan jauh"

Dan setelah melewati berbagai kesempatan dan bertemu banyak orang, saya tahu bahwa hal itu umumnya benar :D

Sunday, December 21, 2008

3 hari, 3 Doa 3 Cinta

SAYA KEMBALI!!!

3 hari terjebak di belantara Jakarta, dengan HP yang akhirnya mati karena lowbatt dan tidak menyentuh internet sedikitpun... ugh... neraka! (kayak gini aja udah neraka, gak kebayang neraka beneran kayak apa...). Jadi apa yang membuat saya terjebak di Jakarta? tak lain adalah pekerjaan sebagai jobseeker. Ada tes di salah satu perusahaan penyedia layanan internet yang kantornya di Jakarta Selatan, di mana salah satu produknya itu punya nama 'sapu', hehehe...

Bagaimana tesnya?

Menarik! ada urutan yang agak terbalik. Pertama kali saya diinterview oleh beberapa bapak dari divisi dimana saya melamar dan juga mbak-mbak baik dari HRDnya. Interviewnya menarik, dan salah satunya saya menceritakan soal blog saya ini panjang lebar. Selain itu saya juga ditanyain soal TA, yang anehnya bikin saya agak seneng, berhubung beberapa pertanyaan yang saya harapkan bakal keluar di sidang sarjana saya dulu malah keluarnya pas interview ini... jadi kayak dikasih jalan memuntahkan apa yang sudah diujung lidah. Abis interiew, saya disuruh mengikuti psikotes dan interview psikologi dari konsultan HR yang digunakan perusahaan. Jadi agak jiper, masalahnya konsultan inilah yang tidak meloloskan saya di tahap interview psikologis waktu saya daftar Indosat dulu, tapi Alhamdulillah... saya merasa saya sekarang melakukannya dengan lebih baik. Yup, usaha udah, tinggal berdoa dan menunggu hasil tes kemarin... semoga saya dapet ni kerjaan. Berhubung setelah Ayu ditetapkan ditempatkan di Jakarta, saya pun jadi kabita pengen gawe di Jakarta.

Selain tes ngapain lagi?

Nonton film tentu saja :D. Kosan Ditha yang baik hati, yang dengan senang hati saya tumpangin, berada di daerah genteng ijo, belakang kuningan dan deket banget ama Setiabudi One. Jadinya, saat sabtu kemaren saya selesai tes saya mutusin buat nonton. Film apa? tadaaa... 3 Doa 3 Cinta! Kenapa? karena dari 4 film yang ditayangkan, 2 saya udah nonton, 1 udah ada di rileks, jadi yang tersisa cuman film ini, lagian saya udah lama gak nonton film Indonesia di bioskop.

Jadi bagaimana filmnya?

Percaya atau enggak, saya suka ni film. "Wow... akhirnya, Puput bisa suka ama film dimana di dalamnya ada Nicholas Saputra dan Dian sastro sekaligus, mereka sendiri-sendiri aja udah bikin kesel, sekarang mereka berdua dan Puput bisa suka, luar biasa." Itu yang saya pikirkan saat pertama kali berpikir tentang hal yang akan saya tuliskan mengenai film ini (saya terkadang memang menyebut diri sendiri sebagai orang ketiga tunggal di luar diri sendiri, hahaha...).

Film ini pantes masuk nominasi FFI 2008, akhirnya saya menonton salah satu film yang dinominasikan jadi film bioskop terbaik (FYI, dari kelima nominasi baru film ini yang saya tonton, sisanya entah bisa ditonton atau enggak). Saya pingin muji penulis skenario dan tentu saja sutradaranya (dua-duanya dijerhaian Nurman Hakim). Walau terdapat 3 cerita di film ini, plot keseluruhan film dapat terjalin rapi dan mengalir. Penggambaran suasana pesantren tradisionalnya benar-benar pas. Mungkin beberapa penonton akan merasa geli dan heran dengan keseharian santri-santri itu, tapi saya sendiri sudah sering mendengar cerita mengenai pesantren seperti ini, karena Ayah saya dibesarkan di lingkungan pesantren begini dan sepupu-sepupu cowok saya dulu dikirim ke pesantren tiap libur panjang (mirip summer camp buat orang bule mah). Dimulai dari bangun subuh buat shalat bareng, pembahasan kitab arab gundul pake bahasa jawa (kalo di Garut mah pake bahasa sunda), ampe gaya hidup yang super sederhana dari para santrinya (tidur beralas tiker, pake sarung doang dan buku dijadikan bantal). Saya agak curiga bahwa tokoh Rian (Yoga Pratama) di film ini sebenernya representasi sutradaranya sendiri, dilihat dari footnote yang ditampilkan di akhir film.

Jajaran pemerannya sempet bikin saya sangsi, eh salah... keberadaan Nicholas Saputra dan Dian Sastro yang bikin saya sangsi. Bukan karena saya menyangsikan keahlian akting mereka, ya... saya gak pernah bener-bener suka sih ama akting mereka, tapi ketidaksukaan terbesar saya adalah adanya kesan bahwa film ini adalah film reunian Rangga dan Cinta, yang dengan begonya ditegaskan oleh poster filmnya. Pliss deh... bahkan tokoh Dona Satelit (Dian Sastro), walaupun memegang peran penting, jelas gak segitu pentingnya ampe bisa dipajang di poster. Lebih layak ketiga sahabat Huda (Nicholas Saputra), Rian (Yoga Pratama) dan Syahid (Yoga Bagus) yang dipajang di poster, karena film ini memang film tentang mereka, bukan cerita Dona dan Huda! Saya mendapat kesan bahwa pemajangan Dian di poster memang disengajakan untuk menarik minat para fans AADC, murni taktik marketing, tapi jelas mengecewakan... seolah mereka tidak begitu percaya diri dengan kualitas filmnya sampai harus memasarkannya dengan cara begitu.

Bagaimana aktingnya? Nico...oh nico... saya ingin ngasih selamat karena akhirnya saya merasa terkesan dengan akting kamu, tapi komen dikit deh... kenapa gak ngurusin badan sih??? Huda jelas keliatan terlalu terurus dibandingkan teman-temannya yang lain, membuat saya bertanya-tanya apakah Romo Kyai sang pemimpin pesantren segitu sayangnya ama dia sampai dia diurus lebih baik dibanding yang lain??? Akan sangat pas kalo Nico ngebalikin posturnya saat film GIE untuk film ini, kurus dan kuleuheu. Walau begitu, saya jelas mempertanyakan mengapa dia gak menang Citra untuk aktingnya disini??? ugh... aneh, mungkin saya gak akan terlalu protes kalo yang menangnya bukan si cempreng Vino Bastian... tapi pliss deh... dibandingin ama akting Nico di sini aja Vino jelas kalah, entah bagaimana akting para nominasi yang lain.

Untuk pemeran pendukung, Yoga Pratama akhirnya menandai kembalinya dia ke kancah hiburan dengan film ini dan Citra di tangan. Anak yang dulu selalu saya ingat sebagai 'Kak Yoga' yang bawain acara musik anak-anak di Indosiar, ternyata gak bertambah gede dari kali terakhir saya melihatnya di TV. Bedanya, dia menunjukkan bakat lain selain jadi pembawa acara musik anak-anak. Duo Yoga (Yoga Pratama dan Yoga Bagus) di film ini sangat keren. Yoga Pratama pantes dapet Citra dan saya sangat terbeli oleh akting Yoga Bagus sebagai Syahid. Saya seneng ketika akhirnya ada orang yang digambarin soleh di film dan dia beneran bisa ngaji (kalo di sinetron ramadhan biasanya ngaji Al Ikhlas atau Al Fatihah, itupun dengan pelafalan yang bisa bikin mentor tahsin saya negur beberapa kali). Adegan dan suara ngaji di sini kedengeran fasih dan mulus, saya berdoa semoga itu bukan lipsync. Selain itu si Yoga Bagus ini bisa memperlihatkan keluguan pemuda kampung soleh yang masih gampang keombang-ambing. Gimana dia sayang banget ama Bapaknya, kebawa pengajian ekstrem, benci banget ama orang bule, sampai akhirnya nyadar bahwa orang bule gak selalu jahat. Saya pikir dia pun pantas diganjar nominasi Citra disini, walau saya gak terlalu bisa bandingin ama pesaingnya yang lain.

Tata suara dan musiknya keren banget. Lipsync lagu dangdutnya Dona Satelit, sampai permainan tagonian (rebana) para santri bisa masuk dengan mulus ke dialog sehari-hari, gak timpang kayak sinetron-sinetron 'musikal' di Indosiar, bahkan lebih bagus dari lipsyncnya Camp Rock punya Disney (pliss deh...). Dari editing sendiri, jujur saya salut dengan ide memasukkan keberadaan handycam Rian sebagai pengubah jalan cerita. Awalnya saya kira tu handycam cuman berfungsi menggambarkan keinginan Rian aja yang suka video dan pengen bikin film. Adanya beberapa adegan fast-forward video di handycamnya itu juga ngasih satu momen unik, seolah kita melihat kibasan masa depan (macam Alice Cullen aje...).

Film ini pantas masuk jajaran film terbaik di FFI. Dan saya jadi semakin penasaran dengan sang pemenang Fiksi. 3 Doa 3 Cinta sendiri gak terlalu bersinar di malam anugerah, hanya Yoga Pratama yang berhasil naik podium. Tapi dengan begitu saya semakin penasaran bagaimana film-film nominasi lainnya. Semoga mereka akan segera merilisnya di bioskop (sekali lagi, kategorinya itu film bioskop, jadi tolong diputer di biokop ya...). Masih ada May, Claudia/Jasmine, Under the Tree dan tentu saja Fiksi yang harus diburu.

3 hari di Jakarta, dengan 1 pekerjaan yang dilamar, 1 film yang ditonton dan 1 potong roti isi ham dan keju gulung yang luar biasa nikmat. Makasih lagi buat Pradita Saraswati yang mau menampung saya selama 3 hari kemaren, buat Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang menyelenggarakan tes saya semoga Anda-Anda sudi memberi saya pekerjaan, buat 21 Setiabudi yang walau leutik tapi lumayan juga, dan tentu saja buat Imperial Cakery dengan roti isi ham dan keju gulungnya yang nikmat. Semoga saya masih berjodoh dengan Jakarta, yang artinya saya dapet kerja di sana... hehehe... :D

Wednesday, December 17, 2008

Yang lain bisa menunggu

Gadis itu memandang kosong ke layar monitor komputernya yang berkedip-kedip. Beberapa file excel dan data dalam pdf terbuka di sana, tapi pikirannya sama sekali tak di situ. Beberapa saat kemudian ada telapak tangan yang muncul di antara matanya dan layar komputer, bergoyang-goyang semangat dan menyadarkan gadis itu dari lamunannya. Dia melirik pada si pemilik tangan, sahabatnya yang ada di cubicle sebelah sekarang berdiri di samping mejanya, memandanganya antara tertarik dan bingung.

"apa?" tanya gadis itu. Sahabatnya itu melirik jam dinding.
"ini baru jam 10 pagi dan lu udah ngelamun?!?! Hello... apa yang terjadi dengan dunia? lu dapet vision soal perang dunia?" sindirnya sambil terkekeh. Gadis itu hanya memberengut kesal.
"nope, I just had an out of body experience" balasnya.
"ada apa sih bu?" tanya sahabatnya itu lagi.

Gadis itu diam sebentar, kembali memandang monitor komputernya dan tak menjawab.
"bumi pada mars, bumi pada mars... helloooo!" sahabatnya itu setengah berteriak di telinganya.
"ihh... pliss deh" gadis itu melempar pandangan kesal pada sahabatnya.
"habis, ditanya malahan ngelamun lagi, ada apa sih? hei... ada apa?" tanyanya lagi.

Gadis itu memperhatikan wajah sahabatnya bentar, membuka mulut tapi kemudian menutupnya lagi seakan tidak yakin, akhirnya dia mengatakan sesuatu,
"apa fokus hidup lu sekarang?" tanyanya. Sahabatnya menaikkan sebelah alisnya bingung.
"heh?"
"uhh... jawab aja deh, apa fokus hidup lu sekarang?" tanya gadis itu lagi. Sahabatnya mengerutkan kening sebentar, memandang menyelidik pada gadis itu sebelum menjawab.
"well... gw udah lulus, dapet kerjaan enak, nikah udah berarti... punya anak kali" jawabnya sambil nyengir.
"ugh... as I thought!" Gadis itu menjatuhkan kepalanya ke atas meja, sahabatnya itu mengerutkan keningnya lagi.
"apa jawaban gw salah?" tanyanya.
"enggak lah... cuman... gw yang salah nanyanya ama lu" jawab gadis itu.

Sahabatnya semakin tak mengerti, dia memperhatikan kepala gadis itu yang tertunduk di atas meja, kemudian matanya tertumbuk pada satu benda yang tergeletak di samping monitor komputer. Kotak kecil berlapis beludru hitam dengan pinggiran dari metal berwarna emas. Dia tak harus membuka kotak itu untuk tahu apa yang ada di dalamnya, dan dia melongo tak percaya.
"WOW..." katanya kemudian. Gadis itu mengangkat kepalanya dan melirik sahabatnya, agak bingung dengan wajah terkesima sahabatnya.
"apa?"
"itu... apa?" kata sahabatnya sambil mengedikkan kepala pada kotak beludru di atas meja.

Gadis itu melirik pada kotak itu dan langsung mengambilnya melemparkannya ke dalam laci. Selanjutnya dia diam, berusaha tak berekspresi walau semburat merah mulai muncul di wajahnya. Sahabatnya semakin melongo tak percaya.
"wow..." katanya lagi.
"ugh, pliss deh, gak segitunya kali" balas gadis itu terdengar kesal.
"tadi gw bilang lu punya vision soal perang dunia, gw salah, lu baru saja menyebabkan perang dunia" jawab sahabatnya itu, si gadis memukul tangan sahabatnya itu pelan melempar pandangan kesal.
"cowok??? lu ngelamun pagi-pagi di kantor gara-gara cowok?? itu baru perang dunia... siapa?" Sahabatnya itu bertanya menyelidik.

Gadis itu terlihat agak tak yakin tapi akhirnya dia menunjuk pada satu foto yang tertempel di dinding cubiclenya, fotonya dengan seorang pria, sahabat dekatnya semenjak kuliah dulu. Senyum yang awalnya terpajang di wajah sabatnya mendadak hilang dan berubah menjadi ekspresi serius.
"seriously?" tanyanya, dan gadis itu mengangguk lemas.
"wow... sobat sendiri, oke... itu sulit" katanya kemudian.
"masalahnya bukan itu" gadis itu berkata pelan. Sahabatnya memandangnya heran.
"lalu?" katnaya.

Gadis itu diam sebentar, kemudian menjawab.
"awalnya gw pikir juga gw bingung gara-gara dia sobat gw, gak pernah kepikiran sama sekali buat nganggap dia berbeda... tapi ternyata bukan itu..." dia diam sebentar, sahabatnya masih memperhatikannya dengan serius.
"fokus hidup gw sekarang bukan ni... bukan itu" dia tak sampai hati menyebut kata 'nikah'.
"hah?" sahabatnya menimpali.
"ayolah... kerjaan gw baru settle, gw baru memulai hidup gw... saat ini gak ada yang pengen gw pikirin selain naik ampe posisi manager, mungkin gw bakalan mikirin... itu...well... 5 tahun lagi" gadis itu menjawab. Sahabatnya sekarang melempar pandangan tak setuju.

"honey, you're 24, and you still talking about marriage like you're 18... pliss deh, cewek lain tuh udah ngerasa perawan tua kalo belum nikah di umur lu sekarang, dan lu berpikir buat baru mulai 'memikirkan'nya 5 tahun lagi, which means at the time you're 29, only God knows when you will marry!" sahabatnya itu membalas.
"ya terus kenapa? orang bule banyak yang nikah umur 40 kok, setidaknya gw merencanakan 10 tahun lebih cepat dari mereka" balas gadis itu.
"mereka bisa nikah umur 40 karena mereka bisa have sex kapan aja, dan lu berpikir buat hidup kayak gitu?!?!" sahabatnya itu memberikan pandangan mengancam.
"ya enggak lah... bisa mati mendadak orang tua gw... tapi pliss deh... nikah? apa yang lebih buruk dari itu?!?!" kata gadis itu.
"jadi perawan tua!" balas sahabatnya.
"lu tau banget itu bukan masalah buat gw" balas gadis itu.
"yup, gw tau banget bahwa satu-satunya masalah lu adalah lu gak pengen diperbudak, dimana pernikahan buat lu sama menyedihkannya dengan rantai tahanan" balas sahabatnya.

Gadis itu diam, bagaimana pun dia tahu bahwa sahabatnya itu benar. Sahabatnya hanya menghela nafas panjang, dia kemudian berjalan balik ke cubiclenya. Gadis itu menyangka sahabatnya menyerah untuk membicarakan masalah itu lagi, seperti yang biasanya terjadi kalau mereka berdua membicarakan pernikahan. Tapi kemudian sahabatnya itu kembali dan menaruh satu buku di mejanya, gadis itu membaca judul buku itu beberapa kali... Kado pernikahan untuk isteriku. Dan dia melempar pandangan tak percaya pada sahabatnya.

"what the..." tapi kata-katanya terpotong.
"diem, baca ini, udahnya kita ngobrol-ngobrol lagi, gw males ngomongin beginian ama lu selama lu masih keras kepala dan nutup diri, pelajari dulu entar kita ngomongin lagi... titik" setelah itu sahabatnya itu kembali ke cubiclenya. Gadis itu masih memandangnya tak percaya. Dia kemudian balik memandang buku itu, dan dengan helaan nafas panjang dia memasukkan buku itu ke dalam tasnya. Liat entar aja deh. Pikirnya menyerah, dan dia berusaha kembali fokus pada monitornya, pada sheet excel dan file pdfnya, yang lain bisa menunggu.

Monday, December 15, 2008

Saya baru pulang dari Jababeka. Ugh... saya jatuh cinta mendadak ama tempat ini. Fasilitas lengkap, jalannya gede, kalo keterima ngantor disana berarti dari kos ke kantor deket dan bis yang ke bandungnya juga gampang. Buat orang gunung yang tinggal di kompleks yang jauh ke mana-mana, tempat kayak gini bener-bener bikin saya kabita. Kalo misalnya saya jodoh ama ni kerjaan, dah ngebayangin ke kantor jalan kaki dan tiap pagi bisa jogging keliling kompleks, weekend kalo gak pulang ke bandung yang nongkrong di kedai kopi... aaahhhh... cinta!!! Mudah-mudahan saya jodoh ama kerjaannya :) *amin...*

Sunday, December 14, 2008

The day the earth stood still

Film ini mungkin film yang dapat menyediakan selusin lebih kata-kata mutiara yang bisa di 'quote' oleh banyak orang. Dan sayangnya keberadaan Keanu Reeves dan Jennifer Connelly tidak bisa merubah kenyataan bahwa hanya itulah kelebihan film ini.

Jalan cerita yang ketebak, monoton dan nyaris tanpa klimaks. Sepanjang film saya bertanya-tanya sebenernya intinya itu apa? ni alien tuh apa? dan tidak ada jawaban memuaskan sampai akhir. Secara umum kesimpulan dari film ini adalah pemerintah Amerika itu gak punya solusi kedamaian lain selain konfrontasi militer, para scientist yang pantes jadi pemimpin dunia, manusia itu makhluk tata surya yang selalu punya peradaban yang lebih rendah, dan Klaatu adalah solusi untuk semua permasalahan teknologi.

Alia nampaknya berharap bisa punya Klaatu sebagai suami, bukan gara-gara muka Keanu Reeves yang ganteng (itu juga sih...), tapi kalo microwave atau telepon rusak bisa diperbaiki dengan mudah... atau seperti idenya si Ida, gak usah bayar telepon tapi telepon bisa diakalin biar jalan terus... :D

Saturday, December 13, 2008

Pemenang FFI 2008

Daftar pemenang FFI 2008:
  1. Film Cerita Bioskop Terbaik: "Fiksi" produksi Surya Indrantara.
  2. Film Dokumenter Terbaik: "The Conductors" karya sutradara Andi Bachtiar Yusuf, produksi Bogalakon Pictures.
  3. Film Pendek Terbaik: "Cheng Cheng Po", BW Purbanegara, produksi Sahabat Gloria dan Lima Enam Films.
  4. Pemeran Utama Pria: Vino G Bastian, dalam film "Radit dan Jani", produksi Investasi Film Indonesia.
  5. Pemeran Utama Wanita: Fahrani, dalam film "Radit dan Jani", produksi Investasi Film Indonesia.
  6. Pemeran Pendukung Pria: Yoga Pratama, dalam film "3 Doa 3 Cinta", produksi Investasi Film Indonesia dan Triximage.
  7. Pemeran Pendukung Wanita: Aryani Kriegenburg, dalam film "Under The Tree", produksi SET Film/Credo Cine Art.
  8. Penyutradaraan Terbaik: Mouly Surya dalam film "Fiksi", produksi Surya Indrantara.
  9. Penulis Skenario Terbaik: Joko Anwar/Mouly Surya dalam film "Fiksi".
  10. Penata Musik Terbaik: Zeke Khaseli dalam film "Fiksi".
  11. Penata Gambar Terbaik: Yoga Krispratama, dalam film "Claudia/Jasmine".
  12. Penata Suara Terbaik: Satrio Budiono, dalam film "May".
  13. Penata Sinematografi Terbaik: Ical Tanjung, dalam film "May".
  14. Penata Artistik Terbaik: Budi Riyanto dalam film "Under The Tree".

Fiksi menang banyak sepertinya. Dari semua yang menang cuman Radit dan Jani yang pernah saya tonton. Kemudian, saya mempertanyakan kualitas aktor yang lain di filmnya masing-masing kalo sampai Vino dan Fahrani yang dapet penghargaan pemeran utama terbaik. Huh, gak bisa terlalu komen nih, belum nonton filmnya soalnya. Ada satu yang menyebalkan, judul kategorinya kayak gini "nominasi untuk film cerita BIOSKOP terbaik Festival Film Indonesia 2008 adalah..." padahal film-filmnya belum beredar di bioskop... hahahaha... kita liat bakal diputer di bioskop kagak ya???

Friday, December 12, 2008

Festival Film Indonesia 2008

Festival Film Indonesia 2008 akan segera digelar malam ini di depan Gedung Sate Bandung. Saya lewat Gasibu waktu pulang sore tadi, dan melihat tenda besar beserta beberapa layar raksasa sudah dipasang di depan Gedung Sate. Sayangnya saya kembali ketinggalan berita dan gak sempat ngajak siapa-siapa buat dateng ke sana. Tapi ada untungnya juga, soalnya saya baca di koran katanya warga umum cuman bisa nonton di pangung rakyat yang isinya band-band, ugh... yang begituan sih saya gak terlalu tertarik.

Saya baca Cinemags siang ini, dan tertarik dengan film Garin Nugroho yang diikutsertakan di FFI kali ini, Under the Tree. Walau sebenernya saya rada sebel ama film berbahasa indonesia yang pake judul Inggris, tapi saya gak bisa sebel ama filmnya Garin. Film ini dapet 8 nominasi untuk FFI 2008, termasuk diantaranya nominasi untuk sutradara terbaik dan film secara utuh (Best Picture mungkin kalo di Oscar mah). Saya senang karena Garin itu sutradara Indonesia favorit saya, tapi saya juga gak senang karena saya belum nonton film ini. Grrrr... kenapa yang masuk bioskop itu malahan film gak jelas sih?!?! Menyebalkan.

Dari sekian banyak nominasi di FFI 2008, banyak yang saya gak tonton karena memang gak dirilis secara komersil. Ini nih, gimana mau majuin perfilman Indonesia kalo film bagusnya malah diputer di festival luar negeri dan malah gak masuk bioskop sendiri, dasar aneh! Itu bukan majuin perfilman, tapi emang pengen beken sendiri aja. Ah... sebel saya. Banyak yang ngekritik saya karena kebanyakan nonton film barat doang, gak nonton film Indonesia. Helloooo... tema seperti janda centil, kawin-kawinan, horor murahan dan some stupid sex-ed movie are not worthed to watch. Meskipun tiket bioskop sekarang udah murah, tetep aja saya ngerasa rugi kalo harus ngeluarin satu rupiah pun buat film macam itu.

Acara FFI 2008 sendiri bakal ditayangin di satu TV swasta, saya nonton di situ aja. Nanti kita lihat siapa pemenangnya, dan berdoa semoga film-film itu masuk bioskop tanah air. Bukan sineas dan artis saja yang perlu pendidikan film, masyarakat Indonesia juga perlu dididik melalui film-film lokal bermutu.

Thursday, December 11, 2008

playlist...playlist...

Playlist baru-baru ini:
1. Iron and Wine - Flightless bird, American mouth
2. Linkin Park - Leave out all the rest
3. Rob Pattinson - Never think
--- Soundtrack Twilight, walau filmnya sucks (Edwardnya ganteng tapi), soundtracknya setelah didengerin ternyata oke :)

4. Lene Marlin - Sitting down here
5. Paramore - That's what you get
6. Plain White T's - Hey there Delilah
--- tiga lagu ini punyanya udah lama, dan baru benar-benar suka sekarang.

7. Fall Out Boy - I don't care
--- gw suka video klipnya, dan baru nyadar Pete Wentz itu lumayan juga... walau pendek :p

8. Beyonce - If I were a boy
9. Pure Saturday - Nyala
10. TVXQ - You're my melody
--- Bawaan dari lama, tapi tetap suka!!!

Ada yg punya usul lagu baru dan bagus???

Sunday, December 7, 2008

Mystically Myanmar

Kira-kira dua atau tiga bulan yang lalu, Zakki ditempatkan kerja di Myanmar, saat itu saya baru tahu kalau ibukota Myanmar sudah tidak di Yangon lagi. Oke, saya akui saya telat banget soal berita ini, dan saya pun gak peduli. Ketika mendengar kata Myanmar, yang terlintas di kepala saya adalah Junta militer, Aung San Suu Kyi, dan penyerangan biksu. Hal-hal yang mungkin saya bicarakan dengan ayah saya di depan TV. Saya tak terlalu tahu soal pemindahan ibukota ini.

Tadi malam, saya sedikit jalan-jalan malam ama Dita. Dari obrolan yang awalnya gak penting, tiba-tiba kami ngomongin Myanmar, spesifiknya adalah soal pemindahan ibukotanya. Dita cerita sama saya kalau alasan pemindahan ibukota itu tak lain tak bukan berhubungan dengan mistis atau takhayul. Kaget? saya juga. Sejauh ini saya selalu dengar isu atau teori konspirasi yang berhubungan dengan kebijakan suatu negara, baru kali ini saya dengar kebijakan pemerintahan diambil berdasarkan kepercayaan terhadap hal mistis atau takhayul, terutama dari negara yang dipimpin militer.

Naypyidaw, ibukota Myanmar yang baru, terletak kurang lebih 400 km di utara Yangon. Dibangun dari nol dengan membabat hutan menjadi area terbuka. Hampir semua fasilitas dibangun dari awal, menghabiskan dana pembangunan hampir 300 juta dolar AS. Seluruh fasilitas pemerintahan, pegawai negeri, dan aparat pemerintahan lain dipindahkan secara serempak dari Yangon, dan alasan pemindahan, pembangunan dan pengeluaran sebesar itu adalah karena Yangon dipercaya tidak baik untuk menjadi ibukota berdasarkan para ahli nujum... ugh, saya masih cukup sulit untuk mencerna alasan itu. Ada beberapa sumber lain yang menyebutkan bahwa pemindahan itu adalah sebagai simbol otoriterisme Junta dan juga untuk mengisolasi pusat pemerintahan dari pengaruh luar, atau mungkin agar Junta terbebas dari segala keributan yang terjadi di Yangon, saya pikir alasan-alasan itu jauh lebih masuk akal (buat saya).

Selain itu saya menemukan satu keterangan unik dari wikipedia terkait pemindahan pemerintahan ke Naypyidaw. Waktu pemindahan pemerintahan tanggal 6 November 2005 jam 6.37 a.m dipilih berdasarkan peruntungan astrologi. Lima hari setelahnya, pada tanggal 11 November (11/11), jam 11 a.m, konvoy kedua yang terdiri dari 1.100 truk militer, mengangkut 11 batalyon tentara dan 11 kementrian pindah serentak dari Yangon... ada berapa angka 11 disana???

Wow... saya terkesan. Ternyata di negara yang untuk beberapa pihak di cap kejam karena pemerintahan militernya, dapat dengan konsisten berpegang pada hal yang oleh orang dianggap mistis atau takhayul. Saya memang dapat tambahan keterangan kalau pemindahan ibukota merupakan satu bagian tradisi dari sejarah Myanmar, jauh sebelum jaman pendudukan Inggris. Dita bilang sama saya, di koran yang dia baca disebutkan, kalau Malaysia menyebut dirinya 'Truly Asia', Singapore dengan 'Uniquely Singapore', maka Myanmar dapat maju dengan 'Mystically Myanmar'.

Friday, December 5, 2008

Dulu saya pernah cerita bahwa saya kepengen banget nonton Drupadi, filmnya Dian Sastro yang akan diputer di Jiffest entar. Hmmm... dan saya rupanya tidak menyiapkannya dengan baik, karena ternyata Jiffest sudah di depan mata. Haduh, apa kabarnya ini?!?! Saya gak punya info apakah film ini akan diputar secara komersil atau tidak. Sial! Kenapa saya gak ngecek situs Jiffest dari kemaren-kemaren?!?!

Wednesday, December 3, 2008

Twilight Vs Bolt

Hari ini adalah hari menonton film. Pagi-pagi saya bangun dan setelah beres-beres langsung melahap 5 episode Avatar Book 1 (sorry, yang ini saya bener-bener telat). Siangnya saya berangkat buat nonton Twilight bareng Alia. Di loket tiket, kita menyadari bahwa Bolt pun sudah rilis, akhirnya setelah nonton Twilight di Ciwalk XXI, kita meluncur ke Blitz Megaplex buat nonton Bolt. Karena dua film ini ditonton pada hari yang sama, mau gak mau saya membandingkannya (padahal genre-nya beda jauh). Walau saya agak sentimen pada Miley Cyrus, dengan berat hati Bolt harus menjadi pemenang untuk pertandingan hari ini. Sekarang kita bahas satu-satu...

Twilight, seperti umumnya film adaptasi dari novel fantasi, film ini termasuk mengecewakan. Yup, maaf kawan-kawan twilighters, Twilight the movie definitely not as great as the novel.

Ada dua alasan yang bikin saya tetap bertahan di kursi saya saat menonton film ini, pertama... saya sudah bayar tiketnya, kedua... Rob Pattinson as Edward Cullen. Cast dan setting adalah dua hal yang bisa saya kasih pujian untuk film ini. Jejeran pemain yang awalnya saya curigai karena KKN dengan si sutradara (kecuali Rob yang lewat audisi), ternyata jadi satu hiburan di tengah jalannya cerita yang diubah dari novelnya dengan sangat maksa dan teu nyambung! Visualisasi Forks sebagai kota miskin cahaya matahari dan selalu hujan serta ijo dimana-mana, jelas bikin saya jatuh cinta (gw mau deh tinggal di kota kayak gitu).

Kalau hukuman dapat diberikan, jelas hukuman terberat harus dijatuhkan pada si sutradara, Catherine Hardwicke. Editing yang gak mulus, banyak scene gak penting dan gak jelas, perombakan alur yang kadang bikin kesel. Memang cerita dari novelnya sedikit banyak diubah untuk lebih menyesuaikan dengan durasi film, tapi bridge yang dibuat untuk tiap bahasan malah bikin ceritanya gak ngalir, kerasa kepotong-potong dan gak natural. Inti ceritanya sendiri bahkan gak jelas. Awalnya saya (dan beberapa twilighters yang lain) menyangka bahwa genre film ini akan diperberat di bagian romance, ketimbang petualangannya. Tapi nyatanya saat filmnya jadi, ni film gak dua-duanya. Kalo romance mau ditonjolkan, jelas scene-scene soal penggambaran karakter Edward dan penggambaran pikiran Bella musti diperkuat, yang dalam kenyataannya tidak seperti itu. Kalo petualangannya mau diperberat, jelas bagian kejar-kejaran James dengan The Cullen perlu ditekankan, yang sayangnya juga tidak seperti itu. Ada satu hal pasti yang keangkat di film ini, rasa frustasi Edward. Frustasinya dia gara-gara fakta bahwa dia berbahaya bagi Bella, dan finalnya ketika dia harus berhenti dari menyedot darah Bella ampe habis saat harus ngeluarin venomnya james dari tubuh Bella. Aktingnya Rob jelas oke banget untuk menggambarkan ini. Sayangnya sisi protektif dan dominan Edward gak terlalu bisa digambarkan, dan Bella... hmmm... sepertinya saya tidak menyukai akting Kristen Stewart, terlalu monoton dan kurang variasi, lempeng.

Ada satu hal lagi yang sebenernya mengganggu (walau cukup menghibur) adalah kebanyakan shot close-up ke muka Rob. Okelah kalau dia mau menjual tampang Rob yang ganteng, yang dengan senyum dikit aja udah bikin jantung berhenti dan bisa bikin cewe satu bioskop sadar gak sadar teriak atau nahan nafas, tapi tetep aja kalo keseringan itu ngeganggu!

Ugh, saya gak pernah tau sutradara ini sebelumnya, dan saya jadi penasaran kayak gimana film dia sebelumnya. Yang saya tahu dia pernah kerja bareng Nikki Reed di Thirteen (yang gak masuk Indonesia) dan bareng Emil Hirsch di Lords of Dogtown (yang juga gak masuk Indonesia). Buat saya kerjanya di Twilight benar-benar mengecewakan. Saya dapat berita kalau Twilight movie udah masuk produksi saat novelnya belum begitu booming di US sana (makanya yang ngerjainnya studio menengah macam Summit), mungkin itu pula yang menjelaskan pemilihan pemain yang gak terlalu populer dan budget film yang rendah. Tapi ya sekali lagi bukan pemain, atau dana, atau setting yang mengganggu saya, tapi plot dan penyutradaraan. Bah... bikin emosi aja, untung Rob ganteng, jadi saya gak terlalu merasa rugi membeli tiket.

Bolt, gimana jadinya Miley Cyrus ketemu John Travolta? bersyukurlah mereka dipertemukan di film animasi, gak kebayang deh kalo adu akting. Miley jelas punya suara yang menarik, jadi suara Penny sang pemilik Bolt pun jatuhnya lucu. Dan John? hehe... gw mau deh punya peliharaan selucu Bolt yang suaranya John Travolta :D STOP...STOP... yang begituan gak usah dibahas, karena menurut gw kelebihan Bolt terletak di ide cerita dan teknik animasinya.

Ini film soal binatang pastinya, tipe yang saya suka dan mungkin akan disukain ama temen saya Ayu si pecinta binatang. Ayu pernah cerita sama saya kalau dia gak suka cerita binatang yang di manusia-manusia-in, macam Shark's Tale atau Finding Nemo mungkin. Film ini jelas mengetengahkan binatang sebagai binatang, repotnya itu kalo tu binatang menyangka dirinya binatang super.

Bolt itu bintang film, hidup di setting film dan kesehariannya diisi dengan menyelamatkan Penny dari si jahat bermata hijau, yang tidak disadarinya hanya sebuah syuting film. Salahnya kalo dia sudah terlalu jauh menyangka dirinya superhero. Sisa ceritanya silakan nonton sendiri. Bukan tipe cerita yang sulit ditebak, tapi saya suka dialog dan penempatan tiap karakter di cerita film ini. Standar Disney, ini tentang keluar dari rutinitas yang ternyata gak bener dan kemudian menyadari bahwa dunia itu tidak berjalan sebagaimana kita berpikir dunia berjalan. Soal menyadari siapa sebenarnya diri kita, tentang bagaimana seharusnya kita bersikap dan akhirnya hidup bahagia, happily ever after... so fairy tale.

Yang saya gak suka, tokoh sidekick yang selalu diketengahkan 'ingin menjadi orang lain' muncul disini, dengan kedok untuk menyadarkan si tokoh utama kalau dia orang yang hebat. Percayalah, jangan merasa bangga saat ada orang bilang sama kamu : "saya sebenernya ingin menjadi seperti kamu", itu sama saja kamu menginspirasi orang untuk merendahkan dirinya sendiri dan ingin jadi orang lain. "mawar adalah mawar, azalea adalah azalea... setiapnya punya cara masing-masing untuk tumbuh", gak perlu banding-bandingin ama orang lain. Terinspirasi untuk menjadi lebih semangat boleh, untuk membangun mimpi boleh, tapi tidak untuk menjadi orang lain, gak ada yang keren di situ. Dan Disney sepertinya punya kebiasaan untuk menaruh tokoh sidekick seperti itu dalam ceritanya. Seolah pengen bilang : "kalo kamu bukan tokoh utama, berusahalah jadi seperti tokoh utama". Huh, racun banget deh. Ya... sekali lagi perlu diingatkan (mengingatkan diri sendiri juga), kita boleh terinspirasi oleh film, tapi jangan mau terpengaruh oleh film. Sebagus apapun satu film, itu tetap gak nyata, walau diangkat dari kisah nyata sekalipun.

Dari segi animasi, jelas saya jatuh cinta. Nampaknya Disney berusaha ngalahin teknik animasinya Dreamworks yang terakhir keluar lewat Kung Fu Panda. Visualisasi bulu dan gerak karakternya hampir mirip dengan Kung Fu Panda, yang lebih oke adalah efek visualisasi cahaya dan kerennya... lensa, seolah ketika ada cahaya yang langsung kesorot kamera ada efek pendar yang kayak di lensa kalo di dunia nyata. Satu lagi kelebihannya adalah sound effect. Detil suaranya jelas lebih oke dari Kung Fu Panda, hal sesimpel merpati jalan atau hamster ngegeser badan pun dikasih suara yang lucunya pas banget, gak terlalu mencolok tapi ada dan kerasa natural... oke banget deh. Gimanapun juga Disney kayaknya belum mau tunduk di peperangan film animasi, dan saya mengakui gimanapun Disney masih lebih oke, Dreamworks dan Pixar (masih bagian Walt Disney company) harus berusaha lebih keras.

Alasan kenapa saya memilih Bolt sebagai pemenang adalah karena Bolt jelas lebih punya cerita dibandingkan Twilight. Awal dan akhirnya jelas, plot nya jelas, ceritanya bisa dinikmati. Dan sebuah film selayaknya memiliki cerita yang dapat dinikmati, bukan sekedar nampangin pemain ganteng aja, makanya Bolt yang menang. Tapi kalau ditanya film mana yang pengen saya tonton lagi, jawabannya adalah Twilight. Alasannya, hehehe... gak penting sih, tapi saya pengen ngeliat Rob lagi, ganteng kan dia :p

*woops...panjang ternyata*

Tuesday, December 2, 2008

Wuthering Heights is a hate story

"I don't understand why you like it. The characters are ghastly people who ruin each others lives. I don't know how Heathcliff and Cathy ended up being ranked with couples like Romeo and Juliet or Elizabeth Bennet and Mr. Darcy. It isn't a love story, it's a hate story."

That's what Edward said when he found out that Bella re-read Wuthering Heights. So far, I just read 10 chapters of the book and I agree with Edward. The story is annoying... no... Cathy is annoying. I hate her. She's such a shame for women. How can there's such an egoistic woman as she was?!?! I thought that most of the bad evaluation of women comes from her alone. Ugh... she's an evil.

I can't bear it anymore. I stop read it. I think it's not right to read such a hate-story like this, when i'm in the middle of my period with all bad temper I had. Maybe, when I'm in a little happier condition than this time, I will consider to continue read it. But really... this book is absolutely not my cup of tea.

Monday, December 1, 2008

Acara Akhir LSS 2008

Sudah lumayan lama saya gak update blog ini, soalnya kemaren quota speedy saya sudah diambang batas, jadinya terpaksa mengurangi pemakaian internet (kalo enggak si papah bakal ngamuk!).

Acara Akhir LSS baru aja dilaksanain hari sabtu-minggu, 29-30 November kemaren. Saya pergi ke sana pastinya, jadi sukarelawan buat marah-marahin anak orang. Walau ada beberapa hal yang bikin saya gak puas ama acaranya, tapi yah... lumayan deh. Ada beberapa foto dari Panaruban, tempat acara akhir sekarang, tak lupa juga foto-foto tambahan ala boyband :D Saya gak tau bagaimana peraturan kampus sekarang, tapi saya agak curiga bahwa LSS mungkin satu-satunya organisasi yang tersisa yang dibolehkan ngadain pelantikan di alam dimana pesertanya diangkut pake truk tentara, yang saya tahu biro kemahasiswaan agak sensi ama kata 'pelantikan', 'truk', 'alam' dll. Tapi rupanya saat saya nyampe ke Panaruban jam setengah 12 malam, sudah ada kunjungan dari bapak kepala biro kemahasiswaan, dan rupanya beliau sudah ada disana dari pukul 10.

Di acara akhir ini saya gak terlalu banyak ambil bagian. Bukan bagian saya lagi lah, lagian beda ama 2007 kemaren, 2008 mungkin gak akan terlalu kenal sama saya setelah acara ini. Gak enak kan kalo misalnya sekarang saya marah-marahin mereka dan sesudahnya saya gak kenal lebih deket ama mereka, entar satu-satunya hal yang mereka tahu soal saya adalah saya adalah orang yang galak. Kalo 2007 kemaren, sesudah saya marah-marah ama mereka pas acara akhir, saya dapet kesempatan buat kenal lebih jauh ama mereka, buat minta maaf juga gara-gara saya nyebelin pas acara akhir jadinya mereka gak akan nyimpan dendam ama saya hehehe...

Ya, acara akhir LSS selalu menyenangkan, walau saya sendiri gak pernah ikutan acara akhir sebagai peserta, dan saya lumayan tidak menyesal karenanya :p

Monday, November 24, 2008

I don't want to conquer anything. I just think the guy with the most freedom in this whole ocean is the PIRATE KING!!!
[Monkey D. Luffy]

Tuesday, November 18, 2008

it's twilight... again

I'm still in the middle of Twilight fever right now. And after I found out that Indonesia is not one of the countries that include in worldwide release of the movie, I felt down. Even if it just delay for one month, still... it's too long for me :(

So, I playing around with browsing a lot of fansite as distraction. I found some pics from the recent promo event of the movie. I realize that Rob Pattinson and Kristen Stewart really look cute together, too bad she has a boyfriend already. But guest what? I think I don't mind if she's break up with her boyfriend (Michael Anggarano who played in Forbidden Kingdom). If it's me, I prefer Rob than Michael :p

One more thing, this is Paramore. Ugh... I fall in love with Hayley's style... that red-hot-flame hair is amazing.
"And there you see the distinction between our feelings: had he been in my place and I in his, though I hated him with a hatred that turned my life to gall, I never would have raised a hand against him. You may look incredulous, if you please! I never would have banished him from her society as long as she desired his. The moment her regard ceased, I would have torn his heart out, and drank his blood! But, till then -- if you don't believe me, you don't know me -- till then, I would have died by inches before I touched a single hair of his head!"
[Heathcliff - Wuthering Heights]

Friday, November 7, 2008

12 Great Pop-culture Vampire

Demam Twilight the movie mulai meninggi, seiring mendekatnya tanggal rilis filmnya (walau di indo diundur jadi Desember, DAMN!). Saya jelas sudah ikut terinfeksi sejak lama. Dari browsing-browsing singkat, saya nemu satu artikel di website Entertainment Weekly yang cukup menarik, judulnya 12 Great Pop-culture Vampire, list lengkapnya adalah sebagai berikut:
  1. Edward Cullen - Twilight (Robert Pattinson)
  2. Selene - Underworld (Kate Beckinsale)
  3. Santanico Pandemonium - From Dusk till Dawn (Salma hayek)
  4. Blacula - Blacula (William Marshall)
  5. David - The Lost Boys (Kiefer Sutherland)
  6. Count Von Count - Sesame Street (Jerry Nelson)
  7. Barnabas Collins - Dark Shadows (Jonathan Frid)
  8. Miriam Blaylock - The Hunger (Catherine Deneuve)
  9. Lestat De Lioncourt - Interview With a Vampire (Tom Cruise)
  10. Angel/Angelus - Buffy the Vampire Slayer (David Boreanaz)
  11. Count Graf Orlok - Nosferatu (Max Schreck)
  12. Dracula - Bram Stoker's Dracula (Gary Oldman)

Komentar saya:
  • Kenapa Blade gak masuk ya??? kurang karisma kali dia ya...
  • Edward paling muda, dan Lestat paling keren :D
  • Saya gak percaya Count Von Count masuk ke daftar, pliss deh dia kan vampir jadi-jadian, tapi biarin deng... lucu juga :)
  • Gak semuanya saya tahu, saya cuman tau yang saya bold aja.
  • Di web nya EW ada foto-fotonya, dan beberapa diantaranya cukup norak bwt saya, hihihi...
  • hmmm... mendadak saya lupa tokoh-tokoh vampir yang pernah saya tahu...

Thursday, November 6, 2008

Quantum of Solace

Cuman dua kali kata 'Quantum' disebutkan di film sepanjang satu setengah jam lebih ini (kalo saya gak salah inget). Dan secara keseluruhan sebenarnya 'Quantum' sebagai organisasi juga gak terlalu dibahas. Yup, Quantum of solace is not about Bond in duty, it's about Bond itself.

Sebagai sequel langsung dari Casino Royale, Quantum of Solace dimulai dengan penangkapan Mr.White: orang yang ditembak Bond di akhir Casino Royale. Hampir keseluruhan film ini isinya kejar-kejaran, darat-laut-udara, lari-mobil-speedboat-pesawat, lengkap banget deh. Saya gak terlalu suka ama kejar-kejaran speadboat dan pesawatnya, tapi saya suka adegan kejar-kejaran mobilnya, terutama karena Aston Martin balik ke peredaran... saya cinta mobil ini.

Skema konspirasinya juga gak sekuat film Bond umumnya. Organisasi Quantum sebagai fokus cerita gak sampai terlacak ke kepalanya, dan saya cukup terhibur dengan kenyataan bahwa MI6 sama sekali gak tau apa-apa soal organisasi ini. Sampai akhir film, gak terlalu banyak yang diceritain soal Quantum, yang membuat saya berpikir bahwa Bond ke 23 nanti masih akan terus berhubungan ama Quantum. The main villain, Dominic Greene, is not special enough for Bond. Greene adalah orang yang secara personal emang jahat, tapi gak keliatan cukup pintar buat ngebuat kejahatannya ditakuti orang, kurang kharismanya! Untuk tipe sejenis: kaya, berkuasa dan rada gila, saya masih lebih respect ama Elliot Carver, yang muncul di Tomorrow Never Dies.

Actionnya banyak... sehingga saya gak sampai hati buat bilang ini film drama. Tapi memang yang dibahasnya itu lebih ke sisi emosional Bond. Di film ini diliatin sisi manusiawi Bond. Emosian, pengennya balas dendam, kurang perhitungan dan tentunya cinta banget ama perempuan. Setelah dikhianati dan ditinggal mati Vesper, Bond merubah misinya menjadi urusan pribadi. Main bunuh seenaknya, gak patuh perintah, emosinya gak stabil dll. Sesuatu yang saya jamin kalo penggemar Bond baheula macam ayah saya akan komentar, "kok aneh sih james bondnya?!?!" (ini komentar ayah saya waktu nonton Casino Royale). Memang aneh, kalo udah terbiasa dengan sosok iconic Bond yang tenang, gaya, ganteng dan nyaris gak beremosi. Kalo buat saya sih ini penyegaran atas monotonnya alur film James Bond yang saya tonton selama ini. Casino Royale ama Quantum of Solace memang diceritakan sebagai awal mula pembentukan karakter James Bond. Saat akhirnya kenapa dia suka main perempuan, gak percaya siapa-siapa, mulai pengen ngegaya, dan awal mula dia masang karakter sok-tenang-gak-beremosinya.

Soal Bond Girl, ada dua yang muncul disini, Olga Kurylenko as Camille dan Gemma Arterton as Miss Fields. Gemma gak begitu penting, typical Bond Girl umumnya, ketemu sekali-tidur bareng-diajak jalan terus mati dibunuh musuh, cuman selewat doang deh. Nah beda lagi ama Camille. Karakternya beda, saking bedanya saya bingung dia pantes disebut Bond Girl atau enggak. Masalahnya dia punya urusan beda ama Bond. Bisa dibilang Bond dan Camille itu dua orang yang punya urusan beda, ngejar orang yang beda yang kebetulan berhubungan, Camille hampir gak ada urusan ama misinya Bond. Camille adalah satu-satunya Bond Girl yang gak tidur bareng Bond, satu dari dua yang terlibat secara emosional dengan Bond, dan bukan tipikal cewek seksi sebagaimana yang umumnya jadi Bond Girl. Badannya hampir biasa aja, cara pake bajunya juga gak seksi dan dia gak dandan. Liat aja di poster filmnya. Walau begitu Camille masih ngasih pengaruh ke jalannya cerita dan tentunya terhadap Bond sendiri.

Quantum of Solace adalah penyegaran untuk film Bond. Saya jelas muji Daniel Craig atas aktingnya disini, dan memang kalo ceritanya kayak gini Daniel Craig cocok jadi Bond, walau saya masih bingung kenapa rambut Craig dibiarkan pirang, bukannya selama ini Bond rambutnya item??? Setelah nonton film ini saya ngerasa bahwa trend film Bond bakal berubah ke depannya. Ini mungkin menyenangkan karena alur ceritanya mungkin jadi beda-beda. Tapi gimanapun juga saya sedikit kangen dengan hal-hal unik khas film james Bond, macam Q atau R dengan pameran gadget dan mobilnya, tagline khas Bond : "my name is Bond, James Bond", Moneypenny dan lain sebagainya. Ya, perubahan itu butuh waktu, dulu juga kan banyak yang gak bisa nerima ketika muka M akhirnya diliatin dan bahkan ketika M-nya jadi perempuan. Sepertinya akan menarik untuk melihat bakal seperti apa film Bond selanjutnya.

Wednesday, November 5, 2008

AAAARRRRGGGHHHH....

Quantum of Solace udah rilis!!! Saya gak nyadar :'(
Harus segera nonton!!! AAARRRGGGHHHH... saya masih tak percaya saya telat nge-cek jadwal bioskop di internet. Ya... kemarin lusa saya baru dari bioskop dan tulisannya masih 'coming soon', and i have no idea that this 'soon' is real soon! Harus nonton... harus nonton... saya memang bukan penggemar Daniel Craig, tapi siapa yang begitu bego mau melewatkan James Bond movie... arrgghhh... dan saya pengen liat Olga Kurylenko. Pokonya harus nonton, SEGERA!!!

Monday, November 3, 2008

Setelah nonton Laskar Pelangi (lagi!)

Mamah saya udah ribut pengen nonton Laskar Pelangi dari setelah lebaran, dan saya selalu nolak nganter dengan beberapa alasan. Akhirnya setelah sekarang saya memasuki fase menganggur, mamah saya melihat bahwa saya gak punya alasan lagi buat gak nganter dia nonton. Jadilah saya pergi nonton film ini lagi bareng Mamah ama Intan.

Seperti yang sudah saya perkirakan sebelumnya, Mamah saya nangis saat nonton dan Intan sama sekali gak ngerti jalan ceritanya. Saya tetap gak nangis, walau kali ini saya jadi banyak memikirkan detil dari film ini. Film ini memang sepertinya sangat berusaha menyindir kebijakan pendidikan pemerintah Indonesia, dipertegas dengan munculnya pasal 31 ayat 1 di penutupan film.

Kemudian ada satu adegan yang menyita perhatian saya lebih daripada saat saya nonton filmnya pertama kali, saat Lintang dewasa menunjukkan putrinya pada Ikal dewasa. Waktu saya mengetahui nasib Lintang saat baca bukunya, saya beranggapan bahwa ada saatnya kita harus menerima bahwa takdir itu tak adil. Ada seorang dengan potensi luarbiasa, tetapi bahkan dia tak punya kesempatan, sekedar kesempatan untuk terus maju. Tetapi setelah saya melihat adegan itu saya kembali berpikir, tidak takdir bukannya tak adil, dia hanya senang untuk menguji, untuk melihat kualitas manusia.

Selama ini kita mungkin melihat mimpi dan tujuan kita itu pada satu bentuk yang sangat spesifik, sehingga saat itu tak tercapai kita merasa kita sudah gagal. Tapi kasus Lintang tak begitu. Sekolah bukanlah cita-citanya, sekolah adalah jalannya untuk mencapai cita-citanya, yaitu jadi manusia yang lebih baik. Sehingga saat dia harus menerima kenyataan pahit bahwa dia tak bisa sekolah lagi, bukan berarti mimpinya gagal, bukan berarti cita-citanya tak bisa diraih. Dia hanya dihadapkan pada satu ujian dengan satu pertanyaan sederhana,

kamu pintar, tapi kalau kamu gak sekolah masih pintar gak? masih bisa maju gak?


Dan dia membuktikan dia bisa, dengan menyambungkan mimpinya itu pada anaknya. Mimpi dan cita-citanya tetap hidup, tetapi dalam bentuk yang berbeda. Dalam bentuk yang lebih luarbiasa.

Sunday, November 2, 2008

Sendiri

Gadis itu telah dua kali melewati rak yang sama. Memiringkan kepalanya agar bisa membaca jelas tiap judul buku yang terpampang, sesekali menegakkan lehernya kemudian kembali menyapu setiap baris buku yang berjejer disana. Entah apa yang dia cari, bahkan mungkin dia pun tak terlalu yakin apa yang dia cari. Ketika akhirnya dia sampai pada buku terakhir di rak itu untuk kedua kalinya, dia menghela nafas panjang.

Gak suka nih! Batinnya.

Kemudian dia melirik satu rak yang agak lebih kecil di sisi lain ruangan. Kartu bertuliskan Classic Literature tertempel di puncak rak itu. Dia mengangkat sebelah alisnya tak yakin, tapi akhirnya dia mendekati rak itu. Sekilas dia sapu judul-judul yang tertempel disana,

Oke, bahkan judul-judulnya pun gak pernah gw denger.

Kemudian dia menangkap satu kata...bukan, satu frasa lebih tepatnya, dan entah mengapa dia merasa familiar dengannya. Dia berhenti dan memandangnya agak lama, kemudian dia mengambil buku itu dari rak, menimangnya sebentar tanpa ada keinginan bahkan untuk membaca resume di sampulnya.

hmmm...

Pikirannya agak kosong, entah kenapa timbul keinginan untuk membeli buku itu. Kenapa? dia pun tak terlalu tau, seingatnya dia pernah membaca judul ini di suatu tempat, tapi dia tak terlalu ingat.

Rrrrrrr.... Dia merasakan sesuatu bergetar di saku jeansnya, dia mengambil handphonenya disana dan menemukan nama sahabatnya terpampang di layar, dia menekan tombol hijau dan menempelkan handphone itu di telinganya.

Halo? Dia berbicara, sambil duduk di kursi terdekat.

Hoi!!! Pa kabar??? Terdengar suara riang sahabatnya itu dari speaker handphonenya.

Buruk, ada apa?

Ciee bu, galak amat! lagi dimana?

Toko buku.

Waw... udah gak menemukan yang lucu lagi di taman bacaan? ampe niatin diri buat beli buku?

kira-kiranya begitu. Gadis itu berusaha membuat jawabannya singkat, dia sedang malas berbicara dengan siapapun, termasuk dengan sahabatnya itu.

Nemu yang bagus? tanyanya.

hmmm... mungkin.

mungkin? suara sahabatnya itu terdengar bingung.

ada yang gw pikir bakal gw beli, tapi gw gak tau itu bagus atau enggak. Jawab gadis itu ringan.

terus ngapain lu beli?

gak tau, tiba-tiba kepengen. Dia membayangkan di seberang telepon sana sahabatnya pasti memutar bola matanya tak sabar, reaksi langganannya kalau dia merasa ada yang tak wajar terjadi.

terserah deh, apa judulnya?

wuthering heghts.

hening sebentar... Bronte? Kata sahabatnya itu tiba-tiba.

Apa?

pengarangnya... Emily Bronte?

Gadis itu melirik lagi sampul bukunya dan menemukan nama pengarangnya.

iya.

Hening sebentar... kemudian terdengar suara khawatir sahabatnya, lebih tepatnya dibuat-buat seperti khawatir: sayang, gw ingetin ya... terakhir kali lu baca klasik itu Oliver Twist dan lu gak pernah mencapai halaman 7, jadi pliss deh... cari aja yang lain.

Kali ini gadis itu yang memutar bola matanya. Terserah gw mau beli buku apa. Balasnya galak.

Oke, tapi gw cuman ngingetin, daripada lu buang-buang duit kan?!?!

Gadis itu kembali menimang buku di tangannya, menimbang-nimbang.

Lu tau gak ceritanya soal apa? Dia bertanya pada sahabatnya.

Sayang... Sahabatnya itu memulai, Perlu gw ingetin lu kalo satu-satunya novel yang gw baca itu Harry Potter.

Gadis itu kembali memutar bola matanya. Dan cuman satu seri. Dia menambahkan.

Tepat, gak ada enaknya baca ratusan halaman yang isinya cuman tulisan.

Gadis itu membalas malas: Dan yang gw tau lu cuman mau repot-repot baca sesuatu, kalo itu adalah bagian artikel di vogue.

Betul! Balas sahabatnya riang.

Gadis itu menghela nafas panjang. Ya sudah deh.

Emang lu tau judul tu buku dari mana?

Gadis itu berpikir sejenak, kemudian dia melihat pita merah terangkai rapi di salah satu kotak hadiah di pojok ruangan, dia ingat sesuatu.

Eclipse. Jawabnya.

Hah?

Eclipse, novelnya Stephenie Meyer yang kemaren-kemaren gw baca, disana disebutin soal wuthering heights.

oke... terserah deh. eh... kapan ke sini? lu bedua kan udah lama gak jalan bareng kita...

bedua? siapa nih maksudnya?

lu tau siapa yang gw maksud. Jawab sahabatnya tak sabar.

oh, gw putus ama dia. Jawab gadis itu dingin.

Hening sesaat... sori?

gw putus ama dia. gadis itu mengulangi dengan nada yang sama.

APA?!?! PUTUS? LU BECANDA YA??? APAAN NIH??? tiba-tba teriakan sahabatnya menyambar ke telinganya, dia harus menjauhkan handphone dari telinganya agar teriakan sahabatnya tak membuatnya berakhit tuli.

iya, dan gak usah segitu heboh knapa?! balasnya.

HEBOH?!?! OH TUHAN... Tuhanku yang Mahaagung, engkau tahu setengah hidupku yang berharga aku habiskan agar sahabatku yang BEBAL dan GAK SADAR DIRI ini bisa dapet cowok baik yang luarbiasa, tapi SEKARANG! saat semuanya nyaris sempurna, dia bilang ama gw kalo dia PUTUS, MAU LU APA SIH???

setengah hidup? hmmm... cara yang baik bwat ngabisin setengah hidup lu, sekarang gw ngerti kenapa nyokap lu stress mikirin elu. balas gadis itu dingin.

shut up! we're talking about you right now, what it is??? if you trying to play some nasty joke toward me, trust me... you'll regret it!

i'm not joking, and i won't regret anything.

but sweety... sahabatnya itu terdengar sangat frustasi, seolah baru mendengar kabar tentang temannya yang berniat bunuh diri.

hey... gw... Gadis itu berhenti sejenak dan berfikir cepat, memikirkan kata yang tepat untuk berbicara pada sahabatnya itu.

gw tau mungkin lu kecewa, walau gw gak ngerti alasan lu buat kecewa, TAPI... dia sedikit menekan saat didengarnya tanda-tanda sahabatnya akan memotong.

ini udah keputusan gw, jadi sudahlah, gak usah banyak komentar.

keputusan lu? dia gimana? Tanyanya.

Gadis itu menelan ludah, dan menggigit bibirnya seperti berusaha menghilangkan satu ingatan dari kepalanya.

dia keberatan, jelas dia keberatan, tapi buat gw, ini yang harus gw lakukan. Jawab gadis itu.

kenapa? Nada suara sahabatnya itu menggangtung, seperti dia baru saja menahan diri untuk tidak memperpanjang pertanyaannya menjadi 'kenapa lu harus ngambil keputusan bego macam mutusin cowok yang udah luarbiasa cinta ama lu'.

karena... karena gw akan tetap menjadi gw, dan dia... akan selalu jadi dia. Gadis itu mungkin ingin mengatakan hal yang lebih panjang, sesuatu yang mungkin lebih menjelaskan, tetapi dia tak tau bagaimana menuangkannya dengan jelas.

gw gak ngerti. balas sahabatnya.

lu gak harus ngerti.

Hening sekali di ujung sana. Gadis itu tahu sahabatnya pasti menahan diri agar tidak berteriak, menahan diri untuk tidak marah, menahan diri untuk tidak membuat dirinya berpikir lebih... pintar. Tapi dia tau betul bahwa tidak ada yang lebih mengenal dirinya selain sahabatnya itu, dan dia yakin sahabatnya itu tak akan melakukan hal sia-sia macam berteriak-teriak dan marah-marah ketika dia sudah membuat keputusan.

apa yang bisa gw lakukan? tanyanya akhirnya.

doain gw. gadis itu menjawab singkat.

baiklah, walau gw tetap merasa lu bodoh setengah mati! jawabnya akhirnya.

Gadis itu terkekeh ringan. Gw udah terlalu sering lu bilang bodoh.

Tapi kali ini gw serius bilang lu bodoh! Timpal sahabatnya lagi.

Gadis itu diam sejenak, kemudian berkatan, Dan kali ini gw pun merasa gw bodoh... dan cuman itu yang bisa gw bilang.

Sahabatnya kembali terdiam.

Udah ya, gw mau ke kasir dulu. Itu hanya alasan, agar dia dapat segera menghentikan percakapan ini.

yaudah, sampai nanti. Sahabatnya akhirnya menjawab.

makasih ya. Gadis itu berbisik pelan.

banyak hal yang bikin lu harus makasih ama gw! balas sahabatnya.

ya, gw tau... bye... dan gadis itu menekan tombol merah di handphonenya, kemudian mengembalikan handphone itu ke sakunya.

***

Kamarnya masih berpenerangan minimal saat akhirnya gadis itu kembali duduk di meja kerjanya. Hanya sebuah lampu baca kecil yang menyala, dia menyukainya seperti itu. Gadis itu membuka bungkusan belanjaannya dan mengeluarkan buku yang tadi dibelinya. Dia masih belum membaca satu kata pun di buku itu selain judul dan nama pengarangnya. Dia membuka halaman pertama buku itu dan mulai membacanya. Belum sampai satu halaman selesai dibacanya, dia berhenti membaca. Bukan karena bosan, bukan karena dia tak mengerti, tapi karena saat ini matanya tak dapat diapakai membaca. Bulir-bulir besar air mata, jatuh melewati pipi terus ke atas lembaran cokelat halaman buku itu, meninggalkan bercak-bercak besar di atasnya. Mungkin untuk itulah dia membeli buku itu, untuk menampung air matanya, karena sekarang dia kembali tau... dia sendirian.

Sunday, October 26, 2008

Empat tahun untuk segalanya

Empat tahun saya kuliah di ITB, ngeliat setiap acara wisuda di kampus, saya selalu mikir...

"gimana ya rasanya diwisuda?"

Sekarang, setelah merasakannya sendiri saya ternyata gak bisa ngomong apa-apa. Terlalu banyak yang dirasakan, terlalu banyak rasa senang, terlalu banyak rasa sedih... pokonya semua rasa serba campur aduk.

Saat acara di Sabuga, saya mikirin semua kegiatan perkuliahan, dari mulai kuliah yang saya suka sampe kuliah yang ngingetnya aja saya males, kuliah yang saya lulus dengan bahagianya serta kuliah yang lulusnya susah payah, kuliah yang ngulang, dosen baik, dosen nyebelin... pokonya semuanya deh.

Pas jalan ke depan rektor, dan ngedenger musik dari LSS, saya inget masa-masa saya di lss. Dari saat PMA ampe swasta, presentasi PMA ampe pagelaran, pemaen ampe pelatih, setiap hal, setiap pengalaman, setiap saudara yang didapat.

Waktu diarak dari sabuga ampe kampus, prosesi setrum-setruman ampe perang air paling ganas yang pernah saya ikutin... saya inget teman-teman. Saudara seperjuangan selama empat tahun, teman belajar bareng, teman kerja bareng, teman jalan bareng, teman karaoke bareng, dan tentunya ibu-ibu paguyuban EL yang luar biasa heboh ^^

Entah bagaimana saya bisa bersyukur ama Allah karena sudah dipertemukan dengan saudara-saudara yang luar biasa.

Dan saat pulang, saat kembali duduk di meja makan bersama keluarga, saya menghaturkan syukur terrdalam saya karena merekalah keluarga saya. Papah yang selalu usaha tiap detiknya agar saya bisa sekolah, Mamah yang gak capek bangunin saya pagi-pagi buat berangkat sekolah dari Tk ampe kuliah, Aa Guna yang rela nganter kemanapun dan ngejemput dimanapun, Intan yang dengan hebohnya selalu ngasih komentar soal semua hal yang saya lakuin, gak ada satu pun yang saya sayangin di dunia ini lebih dari sayang saya ama mereka semua.

Empat tahun ini udah lewat. Setiap detiknya ngasih saya kesempatan buat jadi dewasa. Saya tahu, gak akan ada waktu yang akan saya hargai sebagaimana saya menghargai waktu kuliah saya kemarin, setiap waktu yang jelek-bagusnya udah membentuk saya yang sekarang ini. Mulai dari saat ini ke depannya saya gak bisa lagi bermanja pada rutinitas. Gak ada lagi jadwal kuliah atau teman yang selalu bisa diajak jalan kapan aja. Dunia ke depannya mungkin luar biasa keras, tapi saya akan selalu ingat bahwa setiap detik selama empat tahun kemarin saya lalui dengan optimis agar saya bisa maju untuk kerasnya dunia di depan nanti. Empat tahun yang luarbiasa, empat tahun yang menyenangkan, empat tahun yang menyedihkan... empat tahun untuk segalanya.

Life is a road and I want to keep going
Love is a river I want to keep flowing
Life is a road now and forever
A Wonderful journey

I'll be there when the world stops turning
I'll be there when the storm is through
In the end I wanna be standing
At the beginning with you


Wisudawati Teknik Elektro Oktober 2008
dari kiri ke kanan : Puput-Ghina-Nidong-Rheza-Riska-Riri-Shintoq-Devi-Sari
duduk : Ledy
gak ada di gambar : Fina, Yoshita

photo by Reza Aditya Permadi *thanx bwt foto kerennya ^^*

Monday, October 20, 2008

...Love doesn't always come in convenient packages...

Tuesday, October 7, 2008

Twilight the movie soundtrack

Kembali soal Twilight... karena saya lagi tergila-gila banget ama Edward Cullen... ^^

Baru buka official site nya Stephenie Meyer, dan dapet info soal soundtrack untuk Twilight the movie...
  1. Muse — Supermassive Black Hole
  2. Paramore — Decode
  3. The Black Ghosts — Full Moon
  4. Linkin Park — Leave Out All The Rest
  5. MuteMath — Spotlight (Twilight Mix)
  6. Perry Farrell — Going All The Way (Into The Twilight)
  7. Collective Soul — Tremble For My Beloved
  8. Paramore — I Caught Myself
  9. Blue Foundation — Eyes On Fire
  10. Rob Pattinson — Never Think
  11. Iron & Wine — Flightless Bird, American Mouth
  12. Carter Burwell — Bella's Lullaby

Pas pertama baca daftar penyanyinya saya langsung WOW... hahaha... menambah beberapa nilai plus buat menunggu-nunggu filmnya rilis. Saya sudah denger Decode dari Paramore, dan selayaknya saya suka Paramore, saya pun suka lagu ini (bisa didenger di offi site nya stephenie kalo mau).

Ha... I love every bit of this novel... and I LOVE EDWARD CULLEN!!!

Sunday, October 5, 2008

Twilight

Saya lagi baca Twilight by Stephenie Meyer sekarang, terus dapet info kalo filmnya udah dibikin dan bentar lagi rilis, 21 November tepatnya. Hehehe... langsung semangat, berarti musti beresin baca novelnya sebelum tanggal segitu.

Ini teaser-poster filmnya, buset deh... yang jadi Edwardnya ganteng, dan ternyata dia yang main jadi Cedric Diggory di film Harry Potter... gantengan jadi Edward. Dan yang jadi Bella-nya juga cantik >___< gw suka nih...

Edward Cullen itu vampir lho... dan vampir yang ganteng... macam Lestat de Lioncourt... hehehe... Edward Cullen is the new Lestat :p

Tuesday, September 30, 2008

Assalammualaikum wr.wb.

Puput mau ngucapin...

Taqabbalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum...

Selamat Idul Fitri 1429 H, mohon maaf lahir dan batin... semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt. Dan semoga kita sampai ke Ramadhan selanjutnya...

Yang mudik semoga selamat sampai tujuan... saya mudik dulu ya say... :)

Wassalammualaikum wr.wb.

Monday, September 29, 2008

Tak perlu diucapkan

Hening sekali. Hanya ada TV yang menyala, menampilkan tayangan tak mutu, gosip tengah hari... dan ini bulan puasa, entah apa yang orang pikirkan dengan bergosip tengah hari, menambah dosa yang mungkin sudah malas untuk dihitung kembali. Pemuda itu duduk di sofa dan memandang kosong ke arah TV, dia seperti tidak sedang memperhatikan isi acara itu. Dia melirik ke jam dinding yang terletak di atas TV.

'sudah sejam lebih', pikirnya.

Pemuda itu memang sedang menunggu, selayaknya ditandakan oleh keinginan berlebih untuk melihat jam. Dan sudah lewat sejam yang ditunggunya itu tak muncul, dia kemudian berdiri, sepertinya memutuskan untuk menyusul. Baru saja dia berbalik, seorang gadis terlihat berjalan ke arah sofa. Gadis itu memakai celana pendek selutut, t-shirt belel longgar, handuk basah masih tertenteng di sebelah tangannya, dan rambut sebahunya masih basah, acak-acakan tak tersisir, seperti baru digosok-dipaksa kering.

Sang pemuda memperhatikan seksama saat gadis itu berjalan lesu dan langsung menjatuhkan diri di sofa. Sang pemuda masih berdiri, memperhatikan wajah si gadis yang sekarang malah bengong. Dia memperhatikan wajah gadis itu. Setahunya si gadis baru selesai mandi, tapi wajahnya malah terlihat kusut, sekusut rambutnya, tak ada tanda-tanda kesegaran sehabis mandi...

'mungkin dia mandi gak pake aer', pikirnya asal. Tapi dia menangkap tanda lain, pelupuk mata gadis itu menghitam, dan agak bengkak. Sang pemuda mengangkat sebelah alisnya, dia kemudian kembali duduk di sofa sebelah si gadis.

"mata kamu bengkak..." katanya singkat sambil melihat ke arah TV. Si gadis tidak menjawab, dia hanya mengangkat kepalanya dan melihat ke arah TV. Si gadis tidak menaruh perhatian baik pada acara TV di hadapannya, maupun pada pemuda di sebelahnya, dia tetap diam.

Kalau TV punya perasaan, tentu dia sedang pundung sekarang, masalahnya dua orang yang sekarang ada di depannya dan memandang ke arahnya, sama sekali tidak menaruh perhatian sama sekali pada dirinya, padahal dia sudah bicara banyak sekali, gak di-waro itu pasti menyebalkan bukan?! Tapi TV harus menerimanya, masalahnya dua orang itu tak butuh menonton TV, mereka hanya menyalakannya agar ada sedikit suara berisik yang bisa mengisi percakapan pelit di antara mereka berdua.

"kamu dia kamar mandi udah lebih dari sejam, kesimpulan saya, kamu ketiduran atau kamu abis nangis, yang bener yang mana?" tanya pemuda itu lagi. Nada bicaranya ringan, tanpa emosi berarti. Si gadis diam sebentar, mata bengkaknya masih terpaku pada layar TV, kemudian dia mengangkat tanggannya menunjuk angka dua dengan jari, seperti lambang peace yang selalu dipakai turis jepang kalo mereka berfoto. Pemuda itu meliriknya sebentar kemudian menyandarkan diri ke sofa.

"pantes aja kulit kamu item, di kamar mandi malah nangis, bukannya bersihin badan", sang pemuda membalas. Kali ini si gadis terpancing, dia menengok ke arahnya dan melempar pandangan pengen-mati-ya?. Sang pemuda mengacuhkannya. Si gadis kembali mengunci pandangannya pada TV.

"lain kali kalo mau nangis panggil saya aja, daripada diem di kamar mandi, pilek entar... kedinginan", kata pemuda itu kemudian.
"emang udah pilek kok", si gadis membalas dengan suara sengau.

Sang pemuda melirik punggung gadis itu, sedikit tertarik pada nada suaranya dan pada rambut hitam kusut tak tersisirnya. Dia kemudian menarik rambut si gadis, sehingga si gadis terpaksa ikut menyandar agar rambutnya tak terjambak keras.
"tarik bahu aku aja knapa? dasar kasar!" umpat si gadis, masih dengan suara sengau.

Sang pemuda tak peduli.
"depresi tuh gak pantes buat orang yang sebulan lagi wisuda", balasnya.
"aku emang udah depresi dari semenjak lahir, mau diapain lagi", timpal si gadis.
"ya diubah lah... mana ada depresi seumur hidup", balas sang pemuda lagi.
"emangnya gampang" jawab gadis itu lagi.
"manja!" si pemuda memukul pelan kepala si gadis, "kalo gak susah, gak rame"

"kenapa musti rame?", nada suara gadis itu meninggi.
"kalo ga rame gak usah diikutin", sang pemuda masih menjawab santai.
"hidup aku gak rame, berarti aku gak usah hidup aja gitu?"
"ya udah mati aja sana"
"segampang itu?"
"siapa bilang mati gampang?" sang pemuda sekarang menoleh memandang si gadis yang ternyata juga sedang memandang padanya.

Mereka saling pandang beberapa saat sebelum akhirnya si gadis kembali memandang ke arah TV.
"sama aku gak usah sok filosofis deh..." kata gadis itu.
"sama saya gak usah sok mellow deh..." balas pemuda itu.

Si gadis tertawa singkat.
"gak mau kalah banget sih" katanya.
"jelas, saya kan laki-laki"
si gadis berpikir,'emangnya lelaki harus selalu menang?', tetapi dia terlalu malas untuk mendebatnya akhirnya dia hanya diam.

Mereka berdua kembali membisu, hanya suara TV ribut sendiri tentang gosip selebritis tak penting.

Si gadis tiba-tiba menyandar di bahu sang pemuda, dia menarik sebelah tangan sang pemuda dan memeluknya, sang pemuda hanya mendiamkannya saja.

"hey...", katanya.
"hmmm..." sahut sang pemuda.
"aku gak sendirian kan?" tanya gadis itu.

Sang pemuda diam sebentar, matanya masih terpaku ke layar TV. Kemudian dia menarik tangannya yang dipeluk si gadis, dan melingkarkannya di tubuh gadis itu, menariknya ke pelukannya.

'gak, kamu gak sendirian', jawabnya, tapi hanya dalam pikiran saja, dia tau itu tak perlu diucapkan.

Dan mereka berdua duduk disana, membiarkan acara TV tak penting itu terus berjalan, membiarkan rambut si gadis terus kusut, dan membiarkan t-shirt sang pemuda basah karena ditempeli rambut si gadis yang masih basah. Membiarkan dunia kembali berjalan.

Dia hanya perlu tahu, dia tak sendirian.

Wednesday, September 24, 2008

Entahlah... saya merasa semakin paranoid akhir-akhir ini... Semoga tidak akan terjadi apa-apa... :)

Monday, September 22, 2008

Sedikit curhat, mengharap solusi

Saya lagi kesel ama satu orang. Sebenernya ini adalah kekesalan langganan, alias pasti berulang setiap kali saya ngobrol dengan orang tersebut.

Begini, ada satu orang yang saya kenal dan notabene lebih senior dibandingkan saya. Si orang ini orang yang pada dasarnya cukup punya potensi, isi pembicaraannya gak kosong dan pandangannya pun cukup luas. Yang saya geuleuhkan adalah DIA SELALU MENYITIR ASUMSI ATAU PENDAPAT PRIBADI SEBAGAI FAKTA YANG TERKESAN MUTLAK KEBENARANNYA. Mengapa perlu saya capslock kalimat itu, karena yang saya tahu begini : anak SD aja udah diajarin gimana membedakan pendapat ama fakta lewat pelajaran bahasa indonesia, lantas mengapa beliau yang bertitel sarjana gak bisa membedakannya dengan tepat? apa beliau tidak lulus SD? atau nilai bahasa indonesianya jelek banget?

Bagaimana saya tahu kalau dia menyitir pendapat pribadinya sebagai fakta? karena saya tahu dia tidak men-cek dan ricek apa yang dia kemukankan tersebut. Saya wara-wiri di sekitar objek yang dibicarakan lebih lama, berinteraksi dengan hal tersebut lebih intens dan lebih lama, walaupun begitu, saya tak pernah menyebutkan pandangan saya terhadap objek tersebut secara yakin sebagai fakta. Sekarang, ada orang yang tiba-tiba mengajukan satu pendapat, tanpa dasar, tanpa pengamatan, hanya berdasarkan asumsi setahun atau dua tahun kemarin, memaksakan itu sebagai DATA untuk hari ini, detik ini, mana bisa saya terima!!!

Haaahhh... saya merasa kesal, sebel dan gemes ama orang ini. Kesal karena dia main justifikasi sembarangan, sebel karena sebenarnya saya tahu orang ini gak terlalu banyak tahu, dan gemes karena pada dasarnya saya tahu dia punya kapabilitas untuk menilai dengan lebih baik.

Kalo saya pikir kembali ada satu penyebab kenapa orang dengan kemampuan seperti beliau bisa terseret ke perilaku sok tau macam gitu: dia udah lama menghilang dari peredaran, tapi tetep pengen eksis diantara orang-orang yang masih beredar! Kenapa saya yakin dengan alasan ini? karena kadang saya pun terjebak dalam situasi seperti itu. Keinginan dan kebutuhan untuk tetap eksis memang terkadang menjerumuskan kita pada taraf manusia sok tau, itu wajar bagi setiap orang. Tapi ke-'wajar'-an inu wajarnya terjadi sekali atau dua kali, kalo tiap kali ngomong atau diajak diskusi kelakuannya kayak gitu, itu mah emang orangnya sok tau beneran!

Haduh, saya bingung sebenernya ngasih tau orangnya, karena dia itu tipe manusia yang selalu pake kacamata kuda kalo soal nilai-menilai, bagus-gak-bagus. Dan kenyataan bahwa dia senior saya semakin menyulitkan posisi saya untuk memberikan masukan padanya, pasalnya dia menanggap level saya ada di bawah dia, dan akan sulit buat ngomong ke orang yang udah ngerasa posisinya lebih tinggi dari orang lain, orang kayak gitu kebanyakan 'ngerasa' daripada 'ngeliat' jadi gak tau mana kenyataan dan mana impian. Haaahhhh... sulit, akhirnya saya cuman bisa ngeluh kayak gini. Saya bener-bener berharap dia dapat memperbaiki diri, lebar soalnya kalo orang yang se-oke dia terpuruk karena ego sendiri, orang oke udah susah dicari sekarang.

Sunday, September 21, 2008

This is Kamil, my lovely little nephew accompany by my friend, Gori. He's just 5-months old, and he's really cute >___<

Thursday, September 18, 2008

"ya baik, Saudara Puput Pratiwi Hidayat dinyatakan lulus dengan predikat baik"

Alhamdulillah.... Setelah ketua sidang sarjana saya mengatakan hal itu, plong lah hati ini. Akhirnya, setelah menunggu kurang lebih 7 jam di lab NGN, saya melewati sidang TA saya dengan cukup lancar. Mungkin terdapat beberapa hal yang bikin gak enak hati, atau kesel atau sebel, tapi ya sudahlah anggap aja itu bisa jadi bumbu cerita yang gurih buat diceritain ke orang-orang. 

Tapi masih belum bisa santai-santai. Masih ada revisi draft, masih ada persiapan ngelamar kerja, masih ada persiapan aplikasi S2, masih ada les nyetir, masih ada benerin bahasa inggris, masih ada buku bahasa belanda yang belum kesentuh-sentuh, masih banyak yang harus dilakukan, gak ada yang namanya males-malesan.

YOSH! PUPUT PRATIWI HIDAYAT... FIGHTING!!!

Tuesday, September 16, 2008

Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadiyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru, Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid yang menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid, sekolah akan ditutup. Tapi hari itu seorang murid istimewa bernama Harun menyelamatkan mereka. Kesepuluh murid yang kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Mus, menjalin kisah tak terlupakan. Lima tahun bersama, dengan keunikan dan keistimewaannya masing masing, mereka berjuang untuk terus bisa sekolah. Adaptasi film dari novel fenomenal karya Andrea Hirata ini dipenuhi kisah tentang tantangan kalangan pinggiran dan kisah penuh haru tentang perjuangan hidup menggapai mimpi, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia, dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia.

YAAAYYYY... Laskar pelangi udah masuk daftar Coming Soon di Blitz Megaplex

Hehehe... saya tersenyum lebar. Meski saya bukan penggemar berat sutradaranya, jelas saya penggemar novel dan penulis novelnya. Semoga saya sudah dalam status 'tinggal disahkan jadi sarjana' saat film ini rilis :D. 

Monday, September 15, 2008

Drupadi


Dian Sastro akan tampil lewat satu film baru, Drupadi. Disutradai Riri Riza, diproduseri oleh Mira Lesmana, Wisnu Darmawan dan Dian Sastro sendiri. Film ini digemborkan sebagai "Sebuah film  kolaborasi seni peran, musik dan tari". Waw, menarik, saya penasaran. Tapi terlebih dahulu saya ingin mengetengahkan plus dan minus dari versi saya


PLUS
  • Cerita ini diangkat dari epik Mahabharata, yang sumpah setengah mati saya suka, uniknya, sudut pandang cerita difokuskan pada Drupadi, Pancali... istri dari kelima Pandawa, dan saya tambah senang karena akhirnya bisa melihat satu cerita dari sisi perempuan. 
  • Dari snapshot foto-foto di blognya Dian Sastro, saya ngeliat beberapa adegan yang saya suka. Saya suka nonton akting orang, saya suka denger musik dan saya suka nonton tari, akan luarbiasa kalo semua itu bisa dirangkum di satu film.
  • Ada Butet Kertarajasa berperan sebagai sengkuni, pantas dinantikan.
  • Ada Bagong Kusudiardja sebagai Co-produser, dan penari yang berperan disini adalah bagian dari padepokan seninya.
  • Ada Djaduk Ferianto sebagai penata musik, kurang apa lagi coba???
  • Akhirnya ada film Indonesia yang rada kolosal. Hehehe... film kolosal terakhir kita apa ya??? Pernah bikin emang?? Eh 'Tutur Tinular' ama 'Pelangi di langit Majapahit' itu masuk film kolosal gak? soalnya itu keren! Film silat terakhir yang keren! Dan saya belajar sejarah Majapahit dari film ini, berhubung buku sejarah SMP membosankan sekali.


MINUS
  • Arjunanya itu Nicholas Saputra, entahlah... buat saya muka dia itu emang cocoknya jadi Rangga aja (pas dia jadi Gie juga saya gak suka), eh... pas jadi Joni dia lumayan deng. Berarti Nico itu pantesnya jadi orang judes banget atau rada bego :D *piss ah*
  • Sutradaranya Riri Riza. Saya tahu Riri Riza adalah sutradara hebat, tapi dari seluruh karyanya gak pernah ada satu pun yang bener-bener saya suka. Saya masih kecewa dengan hasil yang ditampilkannya lewat Gie. Dan saya juga masih rada kesel karena dia yang menggarap Laskar Pelangi (sebelumnya saya berdoa supaya yang bikin bakal Garin). Laskar Pelangi belum rilis, dan Drupadi juga belum rilis, semoga dua film ini bisa mengobati kekecewaan saya. 
  • Entah kenapa gak ada tokoh Krisna. Mungkin ini cerita sampai acara main dadu aja ya... gak ampe perang kurusetra, tapi kan harusnya Krisna udah muncul dari awal-awal??? Mahabharata tanpa Krisna, entah bakal kayak apa jadinya.
  • Kayaknya yang bakal ditampilin itu lebih ke versi jawanya. Saya gak tau sejauh apa bedanya dengan versi Indianya, tapi semoga gak jauh-jauh amat, soalnya yang saya tau dan saya suka itu versi indianya.


Oke, segitu dari saya. Film ini bakal dirilis pas JIFFEST Desember nanti. Hoho... semoga saya bisa nonton langsung ke Jakarta sana. Yup, mari kita nantikan film ini.

Sunday, September 14, 2008

Sex and the City

Jadwal sidang saya udah keluar say... Kamis, 18 September 2008, jam 16.00-17.00. Dan berhubung sidang elektro itu cuman 2 hari, tanggal 17-18 September, otomatis sidang saya termasuk sidang terakhir. Haduh... semoga saya gak keburu gila gara-gara nunggunya.

Setelah ngumpulin draft tanggal 11 kemaren, saya gak produktif selama dua hari. Mungkin efek dari gak tidur bener buat beberapa hari, dan ketidak sabaran saya untuk nonton beberapa film yang baru di donlot. Dan parahnya saya donlot banyak film setelah ngumpulin draft kamis lalu. The Dark Knight, Iron Man, Sex and the City: The Movie, Tarix Jabrix, Radit dan Jani, dan episode kedua Gossip Girl season 2, nonton lah jadinya...

Dari jalan-jalan gak penting Dita sebelum pindahan ke Jakarta dulu, saya dapet info kalau Sex and the City rame. Penasaran, saya tungguin filmnya keluar di bioskop Bandung, dan parahnya sampai sekarang belum keluar. Sekarang, setelah saya dapet donlotannya dan saya nonton, saya setuju, film ini rame.

Dari film ini bisa diliat kalo yang nge-geng itu gak cuman anak sekolahan dan kuliahan, ibu-ibu dan tante-tante umur 40-50an juga bisa punya geng sendiri. Saya jadi mikir, kira-kira gimana ya saya entar pas umur 40 tahun...

Saya suka hampir setiap bagian dari film ini, cerita, karakter, setting, wardrobe... aduh sumpah deh. Saya pernah liat liputan di E! soal wardrobenya SaTC, dan isinya itu kayaknya harganya udah sama kayak isi showroom mobil. Ada satu bagian yang saya suka banget, pas Carrie Bradshaw di foto buat feature majalah Vogue. Dia pake gaun pengantin dari beberapa designer, mulai dari Vera Wang, Cristian Lacroix, Oscar De La renta, Carolina Hererra, Dior, juga Vivienne Westwood. Meskipun yang kemudian dipake di pernikahannya itu gaun Vivienne Westwood, dan saya penggemar vivienne, buat saya yang paling oke itu gaunnya Carolina Hererra, sayang saya gak bisa nemu gambar utuhnya tu gaun.

Ngomongin SaTC pasti gak jauh-jauh dari ngomongin sendal & sepatu. Untuk masalah persepatuan, saya nge-fans banget ama Sarah Jessica Parker, dia bener-bener punya skill yang oke buat make semua high heels itu. Buat saya, yang pake flat-sandal aja suka tijalikeuh, Sarah Jessica Parker itu jenius banget, bayangin... sendal rumahnya aja pake heels! Kalo saya sih di rumah nyeker... :D Sendal cucuk ikan yang saya pernah bahas di postingan ini, muncul di film ini. Hahaha... ternyata ada juga yang mau pake sendal itu.

Film ini bener-bener nyeritain kehidupan cewek modern di usia 40annya. Saat masa nyari-nyari sudah beres, saat hidup udah mulai settle dan saat pertemanan udah gak se-hampang ngegosip dan nyari cowok. Yup, saya suka film ini.

"Maybe some labels are best left in the closet. Maybe when we label people; bride, groom, husband, wife,married, single, we forget to look pass the label to the person. And there, in the same city where they met as girls, 4 new york women enter the next phase of their life, dress head to toe, in love. And that's the one label that never goes out of style"
[Carrie Bradshaw - Sex and the City]